Cerita Rakyat Golan-Mirah di Ponorogo Bak Kisah Romeo Juliet

Cerita Rakyat Golan-Mirah di Ponorogo Bak Kisah Romeo Juliet

Charolin Pebrianti - detikJatim
Minggu, 23 Jan 2022 06:57 WIB
Legenda Golan Mirah Tersohor di Ponorogo
Cerita Golan Mirah di Ponorogo (Foto: Charolin Pebrianti/detikcom)
Ponorogo -

Tragedi kisah cinta Romeo dan Juliet tidak hanya ada di Italia saja. Di Ponorogo pun terkenal dengan percintaan Joko Lancur dan Siti Amirah. Bahkan hingga kini kisah keduanya pun turun temurun didongengkan.

Kisah ini dimulai saat Joko Lancur alias Supeno seorang pemuda dari Desa Golan yang gemar sabung ayam. Suatu ketika saat sabung ayam di Desa Mirah, ayam miliknya kalah. Kemudian lari ke dapur rumah milik Siti Amirah.

"Ayam tadi oleh Siti Amirah dimandikan di sumur rumahnya, Joko Lancur yang mengikuti ayam itu pun terkesima dengan kecantikan Siti Amirah, keduanya pun jatuh cinta," kata seorang penggiat seni, Sudirman kepada detikJatim, Minggu (23/1/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat Joko Lancur pulang ke rumah, dia pun berubah sikap menjadi pendiam serta tidak ingin keluar rumah. Ayahnya, Ki Ageng Honggolono pun menanyakan perubahan sikap Joko Lancur.

"Ternyata anaknya jatuh cinta dengan anak Ki Ageng Mirah," ujar Sudirman.

ADVERTISEMENT

Padahal, lanjut Sudirman, Ki Ageng Honggolono merupakan tokoh yang disegani, memiliki kesakitan dan beragama Hindu. Dia adalah orang kepercayaan Ki Gede Surya Ngalam atau Ki Ageng Kutu yang berseberangan dengan Ki Ageng Mirah.

Sementara, Ki Ageng Mirah sendiri merupakan tangan kanan Batoro Katong Raja Wengker cikal bakal Kabupaten Ponorogo dan beragama Islam.

"Ki Ageng Mirah sendiri pun mengetahui jika anaknya jatuh cinta dengan anak Ki Ageng Honggolono. Namun dia tidak berani menolak secara terang-terangan," jelas Sudirman.

Akhirnya, Ki Ageng Mirah mengajukan beberapa persyaratan. Mulai dari dalam satu malam sawah di Desa Mirah harus dialiri. Padahal waktu itu musim kemarau. Selain itu, karung berisi padi dan kedelai harus datang sendiri dari Golan ke Mirah tanpa digotong manusia.

"Syarat pertama dipenuhi dengan mudah oleh Ki Ageng Honggolono yang memerintahkan buaya berjajar di tambak, makanya sekarang adanya Tambakboyo," terang Sudirman.

Legenda Golan Mirah Tersohor di PonorogoLegenda Golan Mirah Tersohor di Ponorogo/ Foto: Charolin Pebrianti

Kemudian syarat karung padi dan kedelai pun datang sendiri juga dipenuhi. Namun setibanya di Desa Mirah, Ki Ageng Mirah berujar jika yang datang bukanlah padi, melainkan jerami sedangkan kedelai yang datang merupakan kulit kedelai.

"Ki Ageng Honggolono pun marah karena merasa dipermalukan," papar Sudirman.

Akhirnya, Ki Ageng Mirah mengajukan beberapa persyaratan. Mulai dari dalam satu malam sawah di Desa Mirah harus dialiri. Padahal waktu itu musim kemarau. Selain itu, karung berisi padi dan kedelai harus datang sendiri dari Golan ke Mirah tanpa digotong manusia.

"Syarat pertama dipenuhi dengan mudah oleh Ki Ageng Honggolono yang memerintahkan buaya berjajar di tambak, makanya sekarang adanya Tambakboyo," terang Sudirman.

Kemudian syarat karung padi dan kedelai pun datang sendiri juga dipenuhi. Namun setibanya di Desa Mirah, Ki Ageng Mirah berujar jika yang datang bukanlah padi, melainkan jerami sedangkan kedelai yang datang merupakan kulit kedelai.

"Ki Ageng Honggolono pun marah karena merasa dipermalukan," papar Sudirman.

Kejadian tersebut, akhirnya Siti Mirah meninggal dunia sementara Joko Lancur pun bunuh diri karena tidak kuat melihat kekasihnya mati.

Karena Joko Lancur meninggal, Ki Ageng Honggolono pun mengeluarkan sabda atau sumpah. Isi sumpah itu yakni: "Wong Golan lan wong Mirah ora oleh jejodhoan. Kaping pindo,isi-isine ndonyo soko Golan kang ujude kayu, watu, banyu lan sapanunggalane ora bisa digowo menyang Mirah. Kaping telu, barang-barange wong Golan Karo Mirah ora bisa diwor dadi siji. Kaping papat, Wong Golan ora oleh gawe iyup-iyup saka kawul. Kaping limone, wong Mirah ora oleh nandur, nyimpen lan gawe panganan soko dele". (Warga Desa Golan dan Mirah tidak boleh menikah. Segala jenis barang dari Desa Golan tidak boleh dibawa ke Desa Mirah dan sebaliknya. Segala jenis barang dari kedua Desa Golan dan Mirah tidak bisa dijadikan satu,
Warga Desa Golan tidak boleh membuat atap rumah berbahan jerami Warga Desa Mirah tidak boleh menanam, membuat hal apapun yang berkaitan dengan bahan kedelai).

Sementara Makam ayam jago, Siti Amirah dan Joko Lancur pun hingga kini masih terawat dan diberi nama Setono Wungu yang berada di Desa Nambangrejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo.

"Dari sumpah itulah hingga kini masih diyakini oleh warga kedua Desa Golan-Mirah tersebut sebagai sesuatu yang sakral," papar Dirman.




(fat/fat)


Hide Ads