Thrift Festival Banyuwangi Banjir Pengunjung Saat Baju Bekas Dilarang

Thrift Festival Banyuwangi Banjir Pengunjung Saat Baju Bekas Dilarang

Eka Rimawati - detikJatim
Rabu, 12 Nov 2025 21:15 WIB
Sejumlah konsumen memilih fashion thrift di Thrift Festival Banyuwangi 2025.
Sejumlah konsumen memilih fashion thrift di Thrift Festival Banyuwangi 2025. (Foto: Eka Rimawati/detikJatim)
Banyuwangi -

Dibuka sejak 6 November 2025 lalu, Thrift Festival yang digelar di Gedung Olahraga Tawangalun, Banyuwangi dibanjiri pengunjung. Pelarangan terhadap barang-barang bekas dari luar negeri tidak mengurungkan niat masyarakat menyerbu produk thrift atau barang bekas layak pakai.

Ada sekitar 70 gerai yang menyediakan berbagai produk thrift mulai dari pakaian, sepatu, topi, tas dan aksesoris. Buka mulai pukul 9 pagi hingga 10 malam, jumlah konsumen yang datang berkunjung dan berbelanja mencapai 500 orang. Nilai transaksinya pun terbilang cukup besar di angka Rp 50-Rp 70 juta setiap hari.

Roni Ferdiansyah, penyelenggara Banyuwangi Thrift Festival menyayangkan rencana pelarangan penjualan produk thrift di Indonesia. Menurutnya, hal itu bisa membunuh perekonomian masyarakat kecil dan menambah jumlah pengangguran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terkait larangan kami kecewa sih. Ya, harapannya jangan dilarang lah, tapi lebih diatur untuk bagaimana baiknya. Mungkin bisa diatur pajaknya, sebenarnya kami teman-teman seller mau kok bayar pajak, kami mau kok kontribusi ke negara," ungkap Roni, Rabu (12/11/2025).

Roni menyebutkan sebagian besar pelaku bisnis thrift berangkat dari pengangguran. Dengan modal kecil mereka mengambil produk secara ecer dari importir di Batam, Jakarta, Bandung, maupun di Surabaya.

ADVERTISEMENT

"Sebagian besar teman-teman di sini dari pengangguran, dapat modal dari usaha kecil terus dimasukin ke thrifting dan ngajak teman-teman lainnya untuk bisnis thrift akhirnya bisa bikin bisnis thrifting bersama," tegasnya.

Roni menolak jika produk thrift akan membunuh UMKM lokal. Bahkan dalam setiap Thrift festival ada sampai 20 pelaku UMKM berupa kuliner dan produk aksesoris yang turut berjualan.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya menegaskan tentang pelarangan produk-produk barang bekas layak pakai terutama yang berasal dari luar negeri. Terkait hal ini, sejumlah pecinta produk thrift menyesalkan hal itu.

"Sedih ya kalau sampai dilarang. Harapannya tetap ada lah, jangan dilarang. Karena kan tidak asing lagi barang-barang thrift ini di Banyuwangi. Sekarang lebih bagus modelnya dan cara penjualannya juga kan lebih rapi dan bersih," kata Vita, seorang karyawan swasta yang gemar belanja fashion thrift.

Ungkapan senada disampaikan Dian Ningrum. Dia mengaku meminati produk thrift lantaran harga murah dengan kualitas yang baik.

"Sudah lama saya menyukai produk thrift, lebih sering baju ya. Bermerek, kualitas bagus dan murah. Sekarang mulai agak mahal, katanya karena memang dari sananya naik harganya," tambah Dian.

Thrift Festival di Banyuwangi diikuti pedagang bukan hanya dari dalam kota, tetapi juga dari Surabaya, Kediri, Mojokerto, dan Sidoarjo. Selama 10 hari Thrift festival yang digelar, seluruh pedagang dari luar kota tinggal di Banyuwangi dengan cara kos harian.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads