Pelaku Thrifting Malang Sambat Larangan Impor Pakaian Bekas

Pelaku Thrifting Malang Sambat Larangan Impor Pakaian Bekas

Muhammad Aminudin - detikJatim
Selasa, 04 Nov 2025 11:45 WIB
Turku, Finland September 27, 2019 The window of a second hand store.
Ilustrasi Thrift Shop/Foto: istock
Malang -

Kebijakan pemerintah yang melarang impor pakaian bekas atau ball thrift dinilai akan memberikan dampak besar terhadap industri thrifting yang kini sedang berkembang pesat di berbagai daerah, termasuk di Kota Malang.

Hal tersebut disampaikan oleh Rizky Adam, pemilik Thrifting Shop di Malang, yang juga merupakan salah satu pelaku usaha mikro di sektor fesyen bekas.

Menurut Rizky pemberhentian impor pakaian bekas memang akan mempengaruhi ketersediaan pasokan barang di kalangan pelaku usaha thrift.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, banyak pelaku UMKM di bidang ini kini telah mulai beradaptasi dengan beralih pada penjualan barang preloved yaitu pakaian bekas yang berasal dari perorangan, bukan impor.

ADVERTISEMENT

"Sebagai penggiat thrift, pasti akan berkurang pasokan barang impor itu sendiri. Tapi sekarang banyak teman-teman UMKM thrift yang beralih ke barang preloved, yang didapat dari perorangan yang menjual barang pribadi miliknya," ujar Rizky kepada detikJatim, Selasa (4/11/2025).

Rizky menilai bahwa kebijakan pelarangan impor pakaian bekas seharusnya dikaji lebih bijak. Menurutnya, jika membandingkan barang bekas dengan produk tekstil lokal tidak bisa disamakan secara langsung (apple to apple).

Pihaknya juga menilai bahwa penyebab utama menurunnya daya saing industri tekstil lokal bukan berasal dari maraknya barang bekas. Melainkan dari banjirnya produk tekstil impor baru asal Tiongkok yang dijual dengan harga sangat murah.

"Yang terjadi sebenarnya, industri tekstil lokal kalah bersaing dengan barang impor dari China yang semakin masif di Indonesia, dengan harga yang jauh berbeda dari produk lokal," tambahnya.

Rizky yang sudah dari tahun 2000 bergelut di dunia thrifting ini juga menyampaikan, selama ini pelaku thrift di Malang justru berupaya untuk berkolaborasi dengan produk lokal.

Hal ini terbukti dari keikutsertaan mereka dalam berbagai acara seperti Dalbofest, di mana produk thrift dan produk lokal dapat berjalan berdampingan tanpa saling merugikan.

"Di event seperti Dalbofest, kami selalu berdampingan dengan produk lokal dan semuanya bisa berjalan setara. Tidak ada bukti bahwa barang bekas mematikan produk lokal," jelasnya.

Meski demikian, Rizky menegaskan bahwa sebagai warga negara, ia tetap menghormati dan akan mematuhi setiap kebijakan pemerintah.

Ia berharap, keputusan yang diambil benar-benar menjadi jalan terbaik bagi masyarakat dan pelaku usaha.

"Terkait apapun itu, kami sebagai warga negara Indonesia akan mengikuti kebijakan pemerintah apabila itu yang menjadi jalan terbaik, karena kami yakin pemerintah lebih tahu apa yang terbaik untuk warganya," pungkasnya.




(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads