Arum Sabil Ungkap Biang Kerok 74 Ribu Ton Gula di Jatim Tidak Terserap

Arum Sabil Ungkap Biang Kerok 74 Ribu Ton Gula di Jatim Tidak Terserap

Faiq Azmi - detikJatim
Kamis, 21 Agu 2025 20:50 WIB
Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Timur, Arum Sabil
Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Timur, Arum Sabil (Foto: Faiq Azmi/detikJatim)
Surabaya -

Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Timur, Arum Sabil mengungkap penyeban 74.700,386 Ton Gula di Jatim tidak terserap. Salah satunya diakibatkan masifnya impor gula rafinasi di Indonesia.

"Salah satu penyebabnya soal impor bahan baku gula rafinasi yang membanjiri Indonesia," kata Arum kepada detikJatim, Kamis (21/8/2025).

Arum pun membeberkan di wilayah Jatim memproduksi 1.200.000 Ton gula per tahun. Produksi itu dilakukan dalam jangka waktu 5 bulan mulai dari pertengahan tahun hingga akhir tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika dirata-rata per bulan selama periode produksi 5 bulan, maka Jatim memproduksi 240.000 Ton Gula setiap bulannya. Jumlah itu, kata Arum sebagian besar milik petani.

ADVERTISEMENT

Arum lalu menyebut kebutuhan gula krital putih (GKP) konsumsi langsung seperti masak, minum kopi/teh, dan lainnya (di luar makanan kemasan) untuk masyarakat di Jatim di angka 9 Kg/kapita setiap tahunnya.

"Sedangkan, penduduk Jatim berjumlah 40.000.000. Jika dikalikan dengan angka kebutuhan 9 Kilogram per Kapita, maka kebutuhan gula di Jatim untuk konsumsi rumah tangga sebesar 360.000 Ton per tahun," jelasnya.

"Kebutuhan masyarakat Jatim sebesar 360.000 Ton per tahun kemudian dibagi 12 bulan menjadi 30.000 Ton per bulannya," tambahnya.

Menurut Arum, jika dihitung total produksi dengan kebutuhan konsumsi rumah tangga di Jatim, maka ada surplus sekitar 840.000 Ton Gula setiap tahunnya di Jatim.

Lalu jika dirinci saat musim panen gula (selama lima bulan produksi), Jatim kurang lebih menghasilkan 240.000 Ton/ bulan, kemudian dikurangi 30.000 Ton/bulan (kebutuhan masyarakat Jatim setiap bulannya), maka terdapat kelebihan supply sebanyak kurang lebih 190.000 Ton/bulan selama 5 bulan masa panen.

Selama ini, Arum menyebut over supply sekitar 190.000 Ton/bulan tersebut (selama 5 bulan) dapat tersalurkan keluar wilayah Jatim. Di antaranya Jawa Tengah, Jawa Barat, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia bagian Timur.

"Tapi yang terjadi sekarang, semua wilayah di luar Jawa Timur sudah terjadi rembesan gula rafinasi besar-besaran karena dipicu oleh banyaknya izin impor gula mentah yang tidak memperhatikan kondisi pemakaian gula rafinasi yang menurun di industri-industri makanan dan minuman," bebernya.

Oleh karena itu, Arum Sabil yang juga Ketua HKTI Jatim ini meminta agar pemerintah serius mengatasi permasalahan gula di Indonesia.

"Untuk bisa mengembalikan pasar GKP konsumsi seperti semula maka harus dilakukan, pertama audit investigasi ke mana pabrik-pabrik rafinasi tersebut menjual gulanya," jelasnya.

"Kedua mengurangi impor gula mentah bahan baku pabrik rafinasi. Dan ketiga menegakkan aturan hukum yang melarang rafinasi beredar di pasar-pasar tradisional/modern di luar wilayah Jatim, sebab rafinasi ini diedarkan dengan berbagai cara," tandasnya.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads