Musim kemarau basah berpengaruh besar terhadap penurunan kuantitas produksi gula di Pabrik Gula (PG) Mojopanggung, Tulungagung. Rendemen tebu petani rata-rata turun 1,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
General Manager PG Mojopanggung, Sugiyanto, mengatakan pada musim giling 2024 rendemen atau kandungan gula dalam tebu yang masuk ke pabrik antara 8 hingga 8,5 persen. Sementara itu saat ini rendemen tebu antara 6-7 persen.
"Pada awal giling itu rendemennya jelek, hanya di kisaran 6 persen, sehingga ongkos produksi kami jadi tinggi. Tapi Alhamdulillah saat ini sudah mulai membaik di kisaran 7 persen," kata Sugiyanto, Jumat (15/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya salah satu penyebab anjloknya rendemen tebu dipengaruhi oleh kondisi cuaca, sebab hingga awal Agustus masih sering terjadi hujan. Dampaknya tebu cenderung memili kandungan air tinggi namun rendah gula.
"Kalau secara kuantitas tebu yang masuk memang lebih tinggi, karena kandungan airnya banyak, tapi rendemennya itu uang rendah, sehingga hasil gula yang didapatkan juga sedikit," imbuhnya.
Dijelaskan meskipun mengalami penurunan rendemen, hingga kini masih berjalan dengan lancar. Pasokan tebu petani yang masuk cukup melimpah dan memasuki masa puncak giling.
"Tebu kami asalnya dari Tulungagung, Blitar, Trenggalek dan sekitarnya. Bicara soal pasokan tebu ya kami harus bersaing dengan perusahaan lain, karena memang wilayahnya beririsan," jelasnya.
Dalam sehari PG Mojopanggung rata-rata mengolah 31.000 kwintal tebu dan menghasilkan 2.000 kwintal gula pasir. Selama 85 hari terkahir pihaknya telah memproduksi 14.800 ton gula pasir.
(auh/abq)