Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memasuki usianya yang ke-20 tahun pada 2025 ini. Meski awalnya lahir dari krisis besar dan meniru sistem Amerika Serikat, LPS kini justru jadi panutan bagi negeri Paman Sam.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan, lembaga ini terinspirasi dari Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), menyusul krisis moneter 1997-1998 yang mengguncang Indonesia.
"Kenapa LPS didirikan, karena krisis 97-98. Kita tahu krisis besar karena semua berbondong-bondong ke bank tarik uang, banknya jatuh. Tidak terkecuali. Dari pengalaman di Amerika, kalau ada lembaga seperti FDIC, maka bank runs akan semakin sedikit," ujar Purbaya pada gelaran LPS Financial Festival di Dyandra Convention Center Surabaya, Kamis (7/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
LPS sendiri resmi berdiri tahun 2005 untuk memperkuat sistem keuangan nasional dan memberi rasa aman bagi para nasabah. Namun, kiprah LPS tak berhenti di situ. Kini justru Amerika yang menaruh perhatian pada strategi komunikasi dan edukasi publik yang dilakukan LPS.
"Jangan dikira kita hanya belajar dari Amerika. Di bawah pimpinan saya, LPS makin gagah. Amerika belajar dari kita bagaimana cara kita promosikan (penjaminan simpanan) ke masyarakat," beber Purbaya.
Bahkan, Purbaya mengaku sempat diminta menjelaskan langsung strategi promosi LPS kepada perwakilan FDIC dalam sebuah konferensi internasional. Akan tetapi gaya santai, ia menyebut pendekatan LPS tak akan mudah ditiru di negeri seberang.
"Saya kasih tahu. Tapi saya yakin mereka nggak bisa tiru yang ini, karena di sana nggak ada CT Corp," kelakarnya.
Ia turut menyinggung kolaborasi LPS dengan Transmedia sebagai salah satu kunci keberhasilan edukasi literasi keuangan di Indonesia.
Selama kepemimpinannya, Purbaya kerap mendorong sosialisasi penjaminan simpanan secara kreatif dan luas. Mulai dari kampanye lintas platform hingga pendekatan langsung ke masyarakat, semua dilakukan demi memperkuat kepercayaan publik terhadap sektor keuangan.
Kini, setelah dua dekade berdiri, LPS pun tak hanya menjaga stabilitas sistem perbankan dalam negeri, tapi juga diakui sebagai contoh inovatif dalam membangun kepercayaan publik, bahkan oleh negara sekelas Amerika.
Purbaya kemudian juga menyentil cara pandang publik agar tidak terlalu bergantung pada analisis dan prediksi para ekonom global. Ia mengingatkan bahwa tak semua proyeksi dari luar negeri selalu tepat dan patut dijadikan patokan mutlak.
"Boleh saja kita pegang prediksi ahli-ahli ekonomi dunia, namun jangan takut-takut amat selama kita tahu apa yang kita kerjakan," katanya di hadapan peserta festival.
Purbaya mencontohkan, saat proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat ditekan oleh lembaga internasional, namun ia memilih tetap optimis.
"Saya sering dikritik waktu IMF turunkan proyeksi ekonomi Indonesia, semua langsung ikut pesimis. Saya bilang, jangan percaya begitu saja," katanya.
Menurut Purbaya, data akhirnya membuktikan optimisme itu. IMF pun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global jadi 2,8% pada April 2025, namun hanya tiga bulan kemudian merevisi naik jadi 3%.
"Indonesia juga naik dari 4,7% ke 4,8%. Mungkin bulan depan jadi 5%," ujarnya.
Bukan hanya Indonesia, Purbaya juga mengkritisi anggapan soal ekonomi Amerika yang akan jeblok. Faktanya, ekonomi AS justru tumbuh 3% di kuartal II-2025.
Terakhir, Purbaya menegaskan bahwa Indonesia seharusnya punya arah dan strategi sendiri dalam menghadapi ketidakpastian global. Ia menyebut bahwa dalam pengamatannya selama lebih dari dua dekade, kondisi dunia memang tak pernah lepas dari ketidakpastian.
"Selama 25 tahun saya amati, selalu ada yang namanya ketidakpastian. Jadi jangan takut, yang penting kita tahu mau ke mana," pungkasnya.
Untuk informasi, LPS Financial Festival memasuki hari kedua pelaksanaan. Digelar di Dyandra Convention Center Surabaya, acara ini tetap menghadirkan pembicara-pembicara yang menarik.
Setelah menghadirkan sejumlah tokoh penting seperti Chairman CT Corp Chairul Tanjung, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, Raffi Ahmad, hingga Cak Lontong. LPS Financial Festival hari kedua ini pun tak kalah seru.
Usai keynote speech dari Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa, ada pula diskusi seru bersama Presiden Direktur HM Sampoerna Ivan Cahyadi hingga Direktur Operation Bank Mandiri Timothy Utama. Di sela diskusi juga akan ada penampilan kocak dari Comica Marshel Widianto.
Jangan lewatkan pula sesi menarik seperti Inspirational Speech Chairman CT Corp Chairul Tanjung. Cinta Laura dan Evelyn Hutami juga akan menjadi pembicara di Educational Class pada hari kedua ini. Terakhir, LPS Financial Festival akan ditutup dengan penampilan dari RAN dan Nassar.