Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,22% secara bulan ke bulan (m-to-m) pada bulan Juli 2025. Beberapa komoditas pemicunya seperti cabai rawit hingga tomat.
"Pada bulan Juli 2025, Provinsi Jawa Timur mengalami inflasi bulan ke bulan (m-to-m) sebesar 0,22%, inflasi tahun kalender (y-to-d) sebesar 1,54% dan inflasi tahun ke tahun (y-on-y) sebesar 2,21%," ujar Kepala BPS Jatim Dr. Ir. Zulkipli dalam konferensi pers, Jumat (1/8/2025).
Zulkipli menjelaskan, inflasi ini juga terjadi di seluruh kabupaten/kota amatan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seluruh kabupaten/kota IHK mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di Sumenep yang mencapai 0,45% dan terendah di Kabupaten Tulungagung sebesar 0,11%," jelasnya.
Ia melanjutkan, terjadinya inflasi tersebut sejalan dengan beberapa catatan peristiwa penting yang terjadi pada periode Juli 2025.
"Yang pertama itu adalah terkait dengan masa panen, di mana dengan berkurangnya produksi kembali memicu kenaikan harga sejumlah bahan-bahan, khususnya untuk komoditas seperti tomat, cabai rawit dan beras," lanjutnya.
Kemudian libur sekolah dan tahun ajaran baru juga memberikan dampak. Seperti akibat dari sejumlah maskapai penerbangan yang memberikan diskon harga tiket dan insentif PPN hingga akhir Juli 2025.
Lalu ada pergantian tahun ajaran baru, hal ini menjadi momen bagi penyelenggara jasa pendidikan untuk melakukan penyesuaian tarif atau biaya pendidikan yang harus dibayarkan oleh wali murid.
"Pemerintah juga kembali menyesuaikan tarif bahan bakar minyak non-subsidi yang berlaku pada Juli tahun 2025. Beberapa catatan itu mendorong inflasi Jawa Timur di bulan Juli 2025," bebernya.
Sementara itu, beberapa komoditas utama pendorong inflasi antara lain cabai rawit, beras, tomat, bawang merah, dan telur ayam ras.
Kemudian beberapa pengeluaran seperti sekolah dasar, taman kanak-kanak, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, bimbingan belajar, bensin, mobil juga ikut menyumbang inflasi periode ini.
Di sisi lain, Zulkipli merinci ada beberapa komoditas yang menjadi penahan inflasi, utamanya angkutan udara. Lalu ada beberapa komoditas holtikultura yang pasokannya melimpah seperti sawi hijau, kacang panjang, bawang putih, dan ketimun yang memberikan andil negatif pada inflasi.
Tak hanya di Jawa Timur, pada periode Juli 2025, inflasi juga hampir terjadi di seluruh provinsi di Indonesia, kecuali di Provinsi Papua.
"Jika dibandingkan dengan angka nasional tadi yang inflasi sebesar 0,30%, maka terlihat bahwa inflasi Jawa Timur terlihat lebih rendah. Dari 38 provinsi, 37 provinsi juga terlihat mengalami inflasi. Hanya satu provinsi, Papua, yang mengalami deflasi," pungkas Zulkipli.
(auh/hil)