Presiden Prabowo telah menerbitkan larangan impor sejumlah komoditi. Di antaranya beras, jagung, gula dan garam. Sebagai salah satu lokasi tujuan handling atau tujuan impor, Badan Urusan Logistik (Bulog) cabang Banyuwangi telah menerima 12.500 ton beras cadangan impor terakhir.
Kepala Cabang Bulog Banyuwangi Dwina Puspitasari menegaskan, berdasarkan arahan presiden kapal angkut impor membawa beras itu adalah yang terakhir.
"Untuk saat ini sudah tidak ada impor, kalaupun kemarin di tahun 2025 itu masih ada kapal yang sandar dan bongkar di Banyuwangi. Itu merupakan sisa dari 2024," kata Dwina, Jumat (14/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapal yang mengangkut ratusan ribu ton beras dari Myanmar itu telah menyelesaikan proses bongkar sejak Kamis (13/2/2025).
"Per tanggal 13 Februari, kapal terakhir sudah keluar dari Tanjungwangi, bongkar paket 12.500 bongkar terakhir beras dari Myanmar yang masuk lewat Tanjungwangi," tambahnya.
Beras-beras tersebut ditampung di sejumlah gudang wilayah Banyuwangi. Dari seluruh stok yang ada, digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan bukan hanya Banyuwangi tapi juga Indonesia timur seperti Sumba dan NTT.
"Stok di Banyuwangi selain untuk kebutuhan disini, kami juga untuk penyangga wilayah Indonesia Timur. Terutama untuk wilayah yang defisit, dan saat ini kita melakukan pengiriman beras ke seluruh wilayah NTT," terang Dwina.
Sementara, untuk kebutuhan beras di Banyuwangi sudah terpenuhi. Bahkan cadangan bisa dipergunakan untuk beberapa tahun ke depan. Jurnal stok mencapai 60 ribu ton, dengan total kebutuhan yang tidak mencapai angka tersebut.
Sementara saat ini, Bulog tidak mendapatkan tugas mendistribusikan cadangan beras bantuan, namun lebih pada upaya menyerap gabah dan beras milik petani.
"Untuk saat ini fokus penyerapan gabah beras petani dalam rangka mencapai tujuan swasembada beras," tandasnya.
Dengan lahan pertanian yang luas, Banyuwangi menjadi salah satu sentra penghasil beras. Banyuwangi turut berkontribusi terhadap pemenuhan cadangan.
(erm/fat)