Viral di media sosial Instagram dan TikTok kondisi Mal City of Tomorrow (Cito) Surabaya yang kerap menjadi tetenger batas kota Sidoarjo-Surabaya kondisinya sepi pengunjung. Banyak stan di mal itu yang tutup ditinggalkan tenan, sedangkan harga sewa stan diobral bahkan sampai Rp 1,5 juta per tahun.
Mal yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani No 288 itu cukup ikonik karena berada tepat di pintu masuk Kota Surabaya sisi selatan atau dari Sidoarjo dan berdekatan dengan keluar-masuk pintu tol. Karena itu mal ini kerap dijadikan tetenger.
Biasanya, pihak kepolisian akan menyebutkan mal ini bila sedang menerapkan kebijakan penyekatan di batas kota. Namanya bahkan sempat diusulkan Dishub Surabaya sebagai pembeda Bundaran Waru yang berada di wilayah Sidoarjo dan Bundaran Cito bila sudah memasuki Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi miris, kondisi mal yang dulu kerap menjadi titik kumpul buruh yang hendak berdemonstrasi ke Kantor Gubernur Jatim itu sekarang memprihatinkan.
"Ini Rp 1,5 juta per tahun, ini Rp 2 juta per tahun, ini stan loh. Ini udah banyak yang disewakan-sewakan, ditutup," demikian ujar pria dalam video tentang kondisi Mal Cito sepi yang viral, dilihat detikJatim, Selasa (4/2/2025).
Pantauan detikJatim di lokasi, suasana di dalam Mal Cito memang sangat lengang. Begitu masuk ke dalam, sejak dari lantai dasar hingga lantai paling atas, tidak banyak interaksi jual beli yang terjadi.
Berjalan di lantai satu atau LG, pengunjung akan langsung disambut puluhan stan yang tutup. Penyewa stan yang bertahan membuka usahanya bisa dihitung jari. Mayoritas stan tertutup dengan pemberitahuan dijual atau disewakan.
Ada beberapa stan yang masih lengkap dengan barang dagangan tapi sudah diobral pemilik sebelumnya. Beberapa stan kondisi pintunya pun rusak, seakan menunjukkan bahwa sudah lama tidak digunakan. Ada juga yang memasang pemberitahuan pemilik stan kini jualan online atau pindah ke lokasi lain.
![]() |
Beranjak ke lantai 2 atau GF, masih ada beberapa stan yang buka. Beberapa di antaranya toko pakaian dan layanan perbankan. Namun kondisinya juga sangat lengang.
Sementara di lantai ketiga atau UG, pengunjung akan kembali merasakan suasana sepi. Bahkan untuk yang pertama kali berkunjung atau jarang ke Cito bakal pangling atau bingung karena saking banyaknya stan yang tutup daripada yang buka.
Terakhir di lantai paling atas atau FF, di antara pemandangan stan yang tutup masih ada sejumlah stan kuliner di area food court. Selain itu gedung bioskop di lantai itu terlihat juga masih beroperasi.
Baca juga: Senja Kala Jembatan Merah Plaza |
Bukan cuma sepi, sejumlah eskalator juga mati. Ada salah satu eskalator yang diberi pemberitahuan sedang dalam perbaikan, ada pula yang dibiarkan begitu saja tanpa informasi apa-apa.
Salah satu petugas keamanan yang dijumpai detikJatim di lantai dasar bernama Mulyono mengatakan bahwa kondisi mal yang sepi ini terjadi sudah sejak Pandemi COVID-19.
"Lantai ini (LG) saja (yang sepi). Dulu ramai semua stannya, tapi sudah banyak yang pergi (pedagangnya). Sudah sejak pandemi itu," kata Mulyono.
Namun menurutnya di lantai atas masih kerap ramai pengunjung. Menurutnya masih cukup banyak stan yang buka dan didukung pula dengan keberadaan foodcourt hingga bioskop di mal.
"Naik aja, kalau di lantai-lantai selanjutnya (masih) ramai," tukasnya.
(dpe/iwd)