Omzet Perahu Tambang Mojokerto Naik 25% Imbas Jembatan Pagerluyung Tutup

Omzet Perahu Tambang Mojokerto Naik 25% Imbas Jembatan Pagerluyung Tutup

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Kamis, 26 Des 2024 07:30 WIB
Perahu tambang di Mojokerto
Perahu tambang di Mojokerto (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Ditutupnya Jembatan Pagerluyung, Gedeg, Mojokerto dua pekan lalu, justru menjadi berkah bagi pengusaha perahu tambang. Omzet mereka rata-rata naik 25%.

Seperti yang dirasakan Agus Putra (20), operator perahu tambang di Desa Betro, Kemlagi, Mojokerto. Perahu tambangnya beroperasi 24 jam dalam empat sif. Yaitu pukul 06.00 WIB hingga 12.00 WIB, 12.00 WIB sampai 16.00 WIB, 16.00 WIB hingga 20.00 WIB, serta 20.00 WIB sampai 06.00 WIB.

Setiap sif, perahu tambang ini dioperasikan 2 orang. Perahu tambang ini menyeberangkan para pengendara sepeda motor dari wilayah Kabupaten Mojokerto di utara Sungai Brantas menuju Kecamatan Kesamben, Jombang dan sekitarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Imbas Jembatan Pagerluyung ditutup, sebagian naik perahu tambang, sebagian lewat Pulorejo," terang warga Kesamben ini kepada wartawan di lokasi, Kamis (26/12/2024).

Perahu tambang ini tetap beroperasi meski hujan. Mesin diesel masih mampu membawa perahu dari sisi utara menuju ke selatan Sungai Brantas. Kecuali, saat banyak sangkrah yang hanyut di sungai, Agus menggerakkan perahu dengan kabel seling.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, penumpang biasa membludak pada jam kerja, yakni pukul 06.00 WIB sampai 08.00 WIB. Pengguna transportasi alternatif ini naik signifikan sejak Jembatan Pagerluyung ditutup pada Senin (9/12). Terlebih lagi, tarifnya hanya Rp 2.000/sepeda motor.

Karena perahu tambang memangkas waktu dan jarak tempuh dari wilayah Kabupaten Mojokerto di utara Sungai Brantas ke Kecamatan Kesamben dan sekitarnya. Apabila melalui jalur darat, masyarakat harus memutar jauh melalui Kota Mojokerto.

"Alhamdulillah penghasilan kami sedikit meningkat, omzet satu sif Rp 1 juta, sebelumnya Rp 800 ribu," jelasnya.

Salah seorang penumpang, Sari (40) lebih memilih naik perahu tambang daripada melalui jalur darat sejak Jembatan Pagerluyung ditutup. Sebab, naik perahu tambang lebih hemat, cepat dan jarak tempuhnya pendek dari Kemlagi, Mojokerto ke Kesamben, Jombang.

"Ini mau pulang ke Kesamben, biasanya lewat Jembatan Pagerluyung. Karena ditutup sehingga naik perahu," tandasnya.

Diketahui, Jembatan Pagerluyung menjadi penghubung Kabupaten Mojokerto di sisi utara Sungai Brantas dengan Kota Mojokerto dan Jombang. Jembatan ini ditutup sementara sejak Senin (9/12) karena 2 tiang penyangga di sisi utara yang retak dan miring.

Rusaknya 2 tiang Jembatan Pagerluyung terdorong sampah dan kuatnya arus Sungai Brantas. Penutupan untuk mengantisipasi jembatan ambruk apabila tetap dilalui kendaraan. Jembatan buatan Belanda ini menjadi aset Pabrik Gula Gempolkrep.




(hil/iwd)


Hide Ads