Isu razia barang impor ilegal sudah terdengar oleh pedagang. Bahkan ada pedagang yang sampai menutup tokonya untuk menghindari razia tersebut, termasuk di Surabaya.
Salah satu pegawai toko aksesoris di Pasar Kapasan Surabaya, Alfiah (17) mengaku sempat tutup toko ketika mengetahui ada razia. Karena tak dipungkiri ada barang impor yang dijual di tokonya.
"Berdampak kalau pas razia. Kemarin waktu razia gak jual. Takut juga kerazia," kata Alfiah kepada detikJatim, Minggu (21/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alfiah menyebut ada sanksi denda bagi pedagang yang kedapatan menjual barang impor ilegal. Meski ia mengaku satgas barang impor ilegal yang dibentuk pemerintah tak berpengaruh pada penjualan.
![]() |
"Kalau ada razia kena denda, pokoknya ada denda. Nggak berpengaruh sama satgas. Ada yang impor ada yang enggak (aksesoris yang dijual)," jelasnya.
Sementara Lailatul (31) pegawai toko busana muslim Pasar Kapasan mengatakan beberapa stan khususnya penjual barang impor tutup. Hal ini karena ramai isu razia barang impor ilegal.
"Waktu itu banyak yang tutup pas kapan hari ada isu razia, makanya banyak yang tutup. Kebanyakan yang jual impor-imporan," kata Lailatul.
Dia sendiri tak takut atau khawatir dengan satgas barang impor ilegal atau razia. Pasalnya, busana yang dijual tokonya produk dalam negeri.
"Kita kebanyakan brand sendiri, aman-aman saja. Sini ga terdampak," ujarnya.
Sementara Hariyadi (45) pegawai toko barang kulit di ITC Surabaya mengaku ada beberapa barang impor yang dijual. Namun dia mengaku barang impor itu sisa stok lama.
"Ada yang impor cuma sedikit, habiskan stok lama, stok lama sebelum ada kebijakan. Kalau impor barang ga asli," kata Hariyadi.
Hariyadi mengaku barang seperti tas, dompet, ikat pinggang, card holder hingga jaket kulit yang dijual kebanyakan produk dalam negeri. Meskipun ada beberapa pengunjung meminta barang branded.
"Sekarang yang dijual banyak lokal atau industri," pungkasnya.
(esw/iwd)