Beras Organik Banyuwangi Tembus 18 Ribu Supermarket di Indonesia

Beras Organik Banyuwangi Tembus 18 Ribu Supermarket di Indonesia

Eka Rimawati - detikJatim
Sabtu, 15 Jun 2024 11:24 WIB
Bupati Ipuk saat meninjau lahan pertanian beras organik di Banyuwangi
Bupati Ipuk saat meninjau lahan pertanian beras organik di Banyuwangi/Foto: Istimewa
Banyuwangi -

Banyak peminat, permintaan beras organik asli Banyuwangi meningkat tajam. Tahun ini, beras produksi Singojuruh ini menembus 18 ribu pasar modern di Indonesia.

Banyaknya permintaan tersebut, mendorong terjadinya peningkatan produktivitas petani. Ini sejalan dengan upaya Pemkab Banyuwangi dalam mendorong penerapan sistem pertanian terintegrasi dengan budidaya secara organik.

Sejumlah lahan pertanian seperti di Desa Sumberwaru, Segobang, Parijatah, dan desa-desa lainnya juga telah beralih ke budidaya beras organik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Produksi beras organik Banyuwangi yang banyak diminati yakni varietas Beras Merah varietas A3 Segobang, Beras Hitam Melik Parijatah, Beras Coklat, dan Beras Putih Berlian.

Varietas-varietas itu telah didaftarkan sebagai padi asli Banyuwangi oleh Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi di Kementerian Pertanian. Varietas ini juga telah mendapatkan sertifikat organik dari lembaga terkait.

ADVERTISEMENT

Dalam kunjungannya melalui Program BungaDesa di Kecamatan Singojuruh, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani memantau langsung proses penanaman padi organik. Ia pun memberikan apresiasi kepada petani atas inovasi dan dedikasi dalam mengelola lahan pertanian beras organik.

"Telah terbukti, yang organik kini sangat diminati. Secara ekonomi juga lebih menjanjikan. Karena itu, kami terus mendorong para petani menerapkan sistem pertanian terintegrasi," kata Ipuk.

Salah satu pengusaha beras organik Banyuwangi Ahmed Tessario mengatakan, ia awalnya menggandeng 16 petani untuk menggarap lahan seluas 1,6 hektare. Seiring dengan perkembangan dan permintaan pasar organik yang tinggi, petani yang menjadi mitranya saat mencapai 1.500 orang.

Luas tanam juga terus bertambah. Dari yang awalnya 1,6 hektare kini menjadi 500 hektare. Dari lahan itu, Ahmed mengaku mampu memproduksi beras organik sebanyak 70 hingga 100 ton per bulan. Selain dipasarkan melalui distributor ke pasar-pasar modern, Ahmed juga menjual beras organiknya melalui marketplace dan reseller.

"Alhamdulillah permintaan selalu ada. Setiap tiga hari sekali, kami kirim 8 sampai 10 ton kepada distributor. Itu belum termasuk permintaan dari reseller dan konsumen dari marketplace," kata Ahmed.

"Permintaan hampir di seluruh provinsi. Seperti Jawa Timur, Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Papua," imbuh Direktur Utama PT Sirtanio Organik Indonesia itu.

Ahmed menceritakan, dirinya mulai mengembangkan padi organik mengikuti jejak sang paman, Samanhudi, yang lebih dulu terjun ke pertanian organik.

"Awalnya saya diajak untuk membantu paman. Lama-lama saya tertarik dan akhirnya ikut terjun ke pertanian organik. Saya ingin membantu petani untuk mendapatkan harga gabah yang bagus," ujar Ahmed.

Upayanya bertahun-tahun mengkonversi lahan pertanian non-organik menjadi organik membuahkan hasil. Pada tahun 2019, beras organik produksi PT Sirtanio Organik Indonesia mulai diekspor ke Italia dan Afrika Selatan.

Ekspor beras organiknya terpaksa dihentikan karena Pandemi COVID-19. Negara tujuan ekspor mengalami krisis ekonomi hingga regulasi juga semakin ketat.

"Sejak saat itu, kami putuskan untuk fokus pada pasar domestik. Alhamdulillah saat pandemi penjualan domestik justru meningkat karena kesadaran masyarakat untuk menjaga imunitas tubuh semakin tinggi," ungkapnya.

Untuk beras merah per kilogramnya dibanderol Rp 31.000, beras putih Rp 27.000, beras coklat Rp 26.500, beras hitam pekat Rp 35.000, dan beras hitam Melik Rp 45.000.




(hil/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads