Menjelang hari raya Idul Adha, perajin tusuk sate di Desa Meninjo, Kecamatan Ranuyoso, Lumajang, Idris (42) kebanjiran pesanan. Banyaknya pesanan ini tak lepas dari kebiasaan masyarakat untuk membakar sate saat Idul Adha.
Pesanan tusuk sate meningkat hingga 2 kali lipat dibandingkan hari biasa. Idris mengaku mendapat cuan hingga puluhan juta.
Dengan dibantu lima orang pekerjanya, Idris memproduksi tusuk sate sebanyak 2 ton atau 200.000 tusuk sate per bulannya, namun kini permintaan mencapai 5 ton atau 500.000 tusuk sate.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pesanan tidak hanya datang dari Lumajang, namun dari kabupaten Jember, Probolinggo dan Banyuwangi.
"Alhamdulillah pesanan tusuk sate menjelang Idul Adha ini meningkat 2 kali lipat dibandingkan biasanya. Pemasaran tidak hanya Lumajang tapi juga Jember, Probolinggo dan Banyuwangi," ujar Idris kepada detikJatim, Jumat (14/6/2024).
Untuk membuat tusuk sate ini, pertama, bambu rampal dipotong dan dibelah. Bambu yang sudah dipotong kemudian dimasukkan mesin serut dan selanjutnya dikeringkan di bawah terik panas matahari.
Berikutnya, bambu dimasukkan ke dalam mesin untuk dihaluskan dan diruncingkan. Tusuk sate kemudian disortir sebelum siap di-packing. Tusuk sate berbahan bambu rampal ini dijual seharga Rp 10.000 untuk 100 tusuk sate. Dari usaha ini, perajin tusuk sate bisa meraup cuan hingga Rp 50 juta rupiah per bulannya.
"Harga tusuk sate ini Rp 10.000 untuk 100 tusuk sate. Pendapatan dari usaha pembuatan tusuk sate ini bisa mencapai Rp 50 juta," pungkas Idris sambil tersenyum semringah.
(hil/fat)