Geliat Perajin Sangkar Burung Surabaya Meski Diterjang Pandemi COVID-19

Geliat Perajin Sangkar Burung Surabaya Meski Diterjang Pandemi COVID-19

Amir Baihaqi - detikJatim
Selasa, 30 Apr 2024 14:33 WIB
Yusuf, perajin dan penjual sangkar burung Surabaya di kiosnya Pasar Burung Bratang
Yusuf, mengaku selama 2 pandemi usaha sangkar burungnya tak terdampak malah bergeliat (Foto: Amir Baihaqi/detikJatim)
Surabaya -

Suara burung dan kokok ayam saling bersahutan di Pasar Burung Bratang, Surabaya sore itu. Suasana riuh itu tak membuyarkan konsentrasi Yusuf yang fokus mengecat sangkar burung buatannya.

Yusuf baru berhenti dan meletakkan kuasnya saat seorang lelaki muda menanyakan sangkar burung merek Ebod Jaya. Namun sayang, sangkar yang ditanyakan tersebut stoknya tengah kosong.

"Belum kulak. Ebod Jaya itu merek sangkar buatan dari Bandung," kata Yusuf kepada detikJatim di kiosnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yusuf memang seorang reseller selain perajin sangkar. Yusuf menjadi reseller sangkar berbagai merek dari berbagai daerah seperti Malang, Yogyakarta dan Bandung.

Berbagai sangkar yang jadi produk reseller Yusuf antara lain merek KWK Sangkar, Oriq Jaya, Ebod Jaya, BNR Indonesia dan Radja. Semua merek itu merupakan sangkar untuk burung kicau.

ADVERTISEMENT

"Kalau sangkar yang saya buat ini tak ada merek, kosongan," ucap pria 34 tahun itu.

Untuk satu sangkar burung hias atau kicau mania, ia membutuhkan waktu sekitar tiga hari mulai dari awal hingga finishing. Sangkar buatannya ini ia banderol sekitar Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu.

Sedangkan untuk satu set sangkar burung bermerek, ia mematok mulai Rp 1 juta hingga Rp 900 ribu. Namun pembeli juga bisa mengecer satuan sangkar saja. Biasanya Yusuf mematok Rp 600 ribu untuk satu sangkar bermerek.

Yusuf mengaku sebenarnya bukan penghobi burung, namun hanya murni bisnis. Ia menggeluti usaha sangkar karena ikut kedua orang tuanya yang lebih dahulu membuka bisnis tersebut.

"Turun temurun. Itu depan toko sangkar burung bapak saya, sebelahnya toko ibu saya. Dan ini toko saya di belakangnya," ujar 34 tahun itu.

Yusuf, perajin dan penjual sangkar burung Surabaya di kiosnya Pasar Burung BratangYusuf, perajin dan penjual sangkar burung Surabaya di kiosnya Pasar Burung Bratang menunjukan salah satu produk resellernya (Foto: Amir Baihaqi/detikJatim)

Yusuf mulai membuka usaha sangkar burung sejak 2007. Keuntungannya memang menjanjikan. Namun seiring waktu, persaingan yang semakin ketat membuat bisnis menurun hingga pandemi COVID-19 tiba.

Yusuf mengaku usaha sangkarnya tak ikut terdampak pandemi. Sebaliknya, bisnisnya semakin berkibar dan mampu meraup untung yang lebih tinggi dibanding sebelum pandemi.

Selama pandemi, Yusuf mampu menjual empat hingga enam sangkar, baik melalui online maupun di kiosnya. Melejitnya pesanan ini membuat keuntungan Yusuf berlipat hingga sekitar Rp 50 juta per bulannya.

Menurut Yusuf, melejitnya usaha sangkar burung selama pandemi ini karena orang lebih banyak di rumah. Mereka lantas lebih memanfaatkan waktu dengan merawat burung.

Karena hal ini, Yusuf kemudian berinisiatif mengajukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI untuk tambahan modal sebesar Rp 100 juta dengan angsuran Rp 3 juta per bulan. Ini karena selama pandemi bukan hanya sangkar, tapi ada produk lainnya.

"Semprotan yang biasa untuk mandikan burung itu juga laku keras buat nyemprot desinfektan," ungkap Yusuf.

Selama dua tahun, pandemi COVID-19 akhirnya memasuki endemi. Seluruh sendi kehidupan dinyatakan berangsur normal. Mulai dari sini, pesanan sangkar turun drastis. Meski demikian Yusuf mengaku tetap bersyukur dengan segala yang didapat.

Dari data yang dihimpun detikJatim, penyaluran KUR BRI selama pandemi COVID-19 hingga Maret 2020 mampu mencapai Rp 37,4 triliun kepada 1,3 juta pelaku UMKM. Angka ini setara dengan 31,15% dari target penyaluran KUR BRI yang di-breakdown oleh Pemerintah di tahun 2020 sebesar Rp 120,2 triliun.

Perincian KUR Mikro sebesar Rp 33,8 trilliun, KUR Kecil sebesar Rp 3,5 triliun dan KUR TKI sebesar Rp 30 miliar. Sedangkan untuk pertumbuhan postif saat pandemi COVID-19, BRI menggunakan strategi dua cara selective growth.

Pertama melakukan clustering sektor ekonomi dan wilayah terdampak sehingga bisa meminimalisir risiko yang muncul. Terakhir, secara intensif BRI melakukan program relaksasi pinjaman bagi pengusaha yang terdampak COVID-19. Tak hanya itu, BRI juga melakukan pendampingan dan pelatihan secara virtual bagi pelaku UMKM.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads