Berkah Petani Jambu Merah Blitar di Tengah Wabah Demam Berdarah

Berkah Petani Jambu Merah Blitar di Tengah Wabah Demam Berdarah

Fima Purwanti - detikJatim
Sabtu, 27 Apr 2024 06:30 WIB
Pembeli memilih jambu merah yang dipercaya jadi obat demam berdarah
Pembeli memilih jambu merah di Blitar (Foto: Fima Purwanti/detikJatim)
Blitar -

Buah jambu merah banyak dicari oleh masyarakat, khususnya bagi pasien demam berdarah. Maraknya kasus demam berdarah justru menjadi berkah bari petani jambu merah di Desa Karangsono, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.

Salah seorang petani jambu merah, Mufid Raharja (32) mengaku, penjualan jambu merah mengalami peningkatan ditengah maraknya kasus demam berdarah. Menurutnya, jambu merah termasuk salah satu buah yang mengandung gizi untuk membantu menyembuhkan pasien demam berdarah.

"Iya terdampak, ada peningkatan penjualan pas ada kasus demam berdarah. Karena jambu merah bisa membantu pemulihan," ujarnya saat detikJatim di pekarangan miliknya, Jumat (26/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat musim hujan, kata Mufid, hasil panen jambu merah turut melimpah. Yakni hampir mencapai 7 kuintal. Sementara saat musim kemarau, jumlah panen jambu merah hanya sekitar 2 - 3 kuintal.

"Biasanya kalau panen itu sekitar 2 sampai 3 kuintal di musim kemarau. Kalau musim hujan lebih banyak bisa mencapai 7 kuintal dalam sehari," terangnya.

ADVERTISEMENT

Sementara untuk harga jambu merah, sekitar Rp 5 ribu sampai dengan Rp 8 ribu per kilogram. Harga tersebut merupakan harga grosir untuk para pedagang maupun pembeli yang datang secara langsung. Sementara di toko buah, harga jambu merah bisa mencapai sekitar Rp 12 ribu per kilogram.

"Kalau disini dijualnya harga eceran, jadi kami sebagai petani dan juga pengepul. Kalau harga di toko buah sudah beda. Tapi dalam sehari panen sudah pasti langsung habis," jelasnya.

Ditanya soal omzet, Mufid mengaku bisa mendapatkan sekitar Rp 2 juta per harinya. Sedangkan untuk pemasarannya, jambu merah tidak hanya dijual kepada para pedagang pasar tetapi juga melalui sosial media. Itu untuk menyasar pelanggan dari luar kota, seperti Tulungagung dan Kediri.

"Omzetnya tidak tentu, tapi biasanya sekitar Rp 2 juta per hari. Kalau pas ada kasus demam berdarah seperti ini ya ada peningkatan (omzet), karena permintaan banyak sejak seminggu lalu," lanjutnya.

Mufid mengatakan sudah menekuni pertanian buah jambu merah sejak tahun 2010. Bermula dari iseng setelah terjangkit demam berdarah (DBD), kemudian memanfaatkan pekarangan rumah menjadi lahan pohon jambu merah.

"Sudah sejak tahun 2010, mulai awal tanam pohon jambu merah. Di tahun 2016 mulai dilirik pihak Desa, kemudian berkembang sampai dengan sekarang. Meskipun sempat berhenti saat Covid-19, tetapi alhamdulillah masih bisa lanjut sampai sekarang," pungkasnya.




(abq/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads