Asa Pedagang Bratang Gede Mencari Rezeki di Bulan Suci

Asa Pedagang Bratang Gede Mencari Rezeki di Bulan Suci

Ardian Dwi Kurnia - detikJatim
Jumat, 15 Mar 2024 17:54 WIB
Pedagang Bratang Gede
Salah satu pedagang minuman jeruk di Bratang Gede. (Foto: Ardian Dwi Kurnia/detikJatim)
Surabaya -

Bulan Suci Ramadan kerap memberi berkah bagi banyak orang. Tak terkecuali bagi para pedagang yang menggantungkan rezekinya di Jalan Bratang Gede, Surabaya.

Di jalanan itu terhampar berbagai kuliner mulai dari yang ringan hingga kelas berat. Sebut saja yang ringan antara lain keripik, cireng, hingga sate-sate kekinian ala Korea. Kurang kenyang? Masih ada warung-warung yang menjajakan penyetan, bakso, sampai mi ayam.

Puas dengan makannya, aneka minuman juga cukup mudah ditemukan di sini. Mulai dari yang hangat sampai yang segar. Sebut saja STMJ buat yang mencari kehangatan. Lalu ada es teh jumbo, es kelapa muda, es buah, sampai es jus yang menyegarkan tenggorokan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat Ramadan tiba, saban sore, para pedagang makanan dan minuman di Bratang Gede semringah menyambut datangnya pembeli. Cara para pedagang menjajakan dagangannya pun bervariasi, seperti dengan gerobak dorongan hingga membuka ruko.

Sekitar pukul 15.00 WIB, para penjaja makanan dan minuman tampak mulai memadati jalan ini. Bahkan, suasana nampak makin ramai karena muncul pedagang dadakan yang hanya melapak selama Ramadan.

ADVERTISEMENT

Salah satu pedagang dadakan yaitu Wati (36). Dia sengaja hanya berjualan selama Ramadan. Ia yang sehari-hari menjadi ibu rumah tangga ini mengaku berjualan untuk menambah uang saku mudik.

"Aku jualan selama bulan puasa ini buat mudik, kebetulan aku asli Lumajang. Jadi lumayan lah bisa untuk beli tiket (mudik) dan ngasih uang sedikit-sedikit ke orang tua dan keponakan yang ada di sana," ujar Wati sambil tersenyum.

Ia mengatakan, sudah melakukan hal ini sejak tahun lalu. Dari hasil berjualan aneka es dan jajanan selama Ramadan, ia bisa mengumpulkan setidaknya Rp 5 juta.

"Kalau (aneka) es ini aku jualannya tergantung adanya bahan di pasar. Nggak tentu, tiap hari menunya sama. Kalau biasanya ada es mutiara selasih, es pisang ijo, es buah, es cincau juga. Jajanannya juga macem-macem tapi semuanya goreng-gorengan," jelas Wati sambil melayani pembeli.

Lain dengan Wati yang hanya berdagang saat Ramadan, Agus (27) memang sehari-hari berdagang gorengan di sana. Hal ini juga tampak dari gerobaknya yang sudah dibuat semi permanen.

"Saya tiap hari di sini, jualan gorengan aja," kata Agus.

Ia membuka lapaknya lebih sore selama Ramadan. Namun ia mengaku bisa tutup lebih cepat dibanding hari-hari biasa.

"Hari biasa dari jam 11 siang, kalau bulan puasa seperti ini udah siap-siap (di lapak) dari jam 2 siang. Sekitar hampir jam 3 udah siap melayani pembeli," tutur Agus.

"Bisa lebih cepet (tutupnya), karena pembeli jauh lebih banyak. Kalau hari biasa jam 11 malam baru habis, di bulan puasa ini bisa habis jam 8 sampai jam 9 itu sudah habis. Alhamdulillah berkah Ramadan," sambung Agus sambil tersenyum.

Agus tak menambah jumlah dagangannya selama Ramadan. Waktu yang lebih luang dimiliki Agus selama Ramadan justru dimanfaatkannya untuk meningkatkan ibadah.

"Nggak (menambah jumlah dagangan) sih. Emang sengaja begini karena mau kejar ibadah bulan Ramadan," beber Agus.

"Dikasih cepet abis (dagangannya) sama Allah menurut saya itu berarti Allah ngasih saya waktu buat perbanyak ibadah, bukan buat perbanyak (jumlah) dagangan. Rezeki biar diatur sama Allah," ujar Agus lalu tertawa.




(dpe/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads