Khofifah Ungkap Penyebab Melambungnya Harga Beras di Jatim

Khofifah Ungkap Penyebab Melambungnya Harga Beras di Jatim

Muhammad Aminudin - detikJatim
Sabtu, 11 Nov 2023 20:30 WIB
Ilustrasi Beras
Ilustrasi beras. (Foto: Dok Kementan)
Malang -

Produksi padi dan beras di Jawa Timur (Jatim) sebenarnya surplus. Namun, harga beras di pasaran justru melambung. Gubernur Khofifah Indar Parawansa menyebut hal itu disebabkan karena harga di penggilingan sudah di atas Harga Pokok Pemerintah (HPP).

"Saya ingin sampaikan kembali, kalau untuk produksi padi dan beras kita surplus. September ke September, year on year itu 9,23 persen," ujar Khofifah kepada wartawan dalam kunjungan kerja di Kota Malang, Sabtu (11/11/2023).

"Tapi bahwa harga sampai dengan titik penggilingan memang sudah di atas HPP. Jadi harga pokok pemerintah kan Rp 5 ribu. Saya seminggu lalu ke Rengel Tuban, ternyata harga padi HPP-nya yang Rp 5 ribu itu ternyata Gabah Kering Panen (GKP), karena saya ikut memanen, gabah kering panen bisa tembus Rp 7 ribu. Berarti sudah Rp 2 ribu di atas HPP," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Khofifah, naiknya harga beras dipengaruhi karena harga gabah kering panen seharusnya Rp 5 ribu, justru meningkat menjadi Rp 7 ribu. Bahkan, di wilayah Rengel, Tuban, harganya bisa mencapai Rp 7.700 per kg.

"HPP itu, Gabah Kering Panen (GKP) HPP-nya Rp 5 ribu, tapi sampai di penggilingan bisa Rp 7 ribu. Bahkan di Rengel sempat Rp 7.700, itulah yang menjadikan (naik). Kalau HPP terlampaui di GKP, maka nanti end produknya, beras juga tinggi di atas HET," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Khofifah mengaku, Harga Eceran Tertinggi (HET) beras saat ini sebesar Rp 10.900 per kg. Jika ditambah dengan selisih HPP sebesar Rp 2 ribu, maka akan menjadi Rp 12.900 per kg.

Meski demikian, Khofifah mengungkapkan bahwa harga beras medium di Jatim masih yang termurah di Pulau Jawa sejak 1,5 bulan ini.

"Sekarang HET beras Rp 10.900, itu kalau ditambah katakan selisih seperti HPP itu Rp 2000, berarti 12.900. Tapi saya rasa Insyaallah di Jatim sudah 1,5 bulan harga medium beras di Jatim termurah se-Jawa," tuturnya.

Dengan begitu, lanjut Khofifah, pengendalian harga beras yang dilakukan pada seluruh lini sukses dilakukan. Gerak bersama antara pemerintah dan Bulog juga menjadi kunci untuk menekan agar harga beras tidak melambung tinggi.

"Artinya pengendalian di antara seluruh lini, bupati wali kota, kami, bersama-sama dengan seluruh tim Bulog bergerak. Selalu saya koordinasi dengan Bulog dan itu akan jadi bagian upaya melakukan penetrasi harga beras yang di atas HET," ujarnya.

"Kalau di sini rata-rata di bawah HET. Setiap pasar murah rata-rata antara Rp 10.200 sampai Rp 10.400, HET-nya Rp 10.900," pungkasnya.




(dpe/dte)


Hide Ads