Petani sayur hidroponik di Kota Pasuruan terdampak cuaca panas ekstrem akibat kemarau panjang. Petani mengeluhkan sayuran kering dan mati sehingga penghasilan mereka rontok.
Wahyu (31), petani hidroponik di Jalan Sultan Agung, Kelurahan Purworejo, Kecamatan Purworejo mengatakan, panas ekstrem menyebabkan sayuran sawi di lubang-lubang hidroponik miliknya kering dan mati.
"Kondisi seperti ini sudah berlangsung dua bulan ini. Kalau selada sudah lama nggak tanam karena nggak kuat panas. Ini hanya sawi, kalau sawi yang kecil-kecil banyak yang mati kepanasan," kata Wahyu kepada detikJatim, Senin (30/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wahyu mengatakan, dari 1.500 lubang tanaman sawi hidroponik, rata-rata hanya tersisa 500 hingga 600 tanaman. Selain karena tersengat terik, suhu air juga cukup panas.
Alhasil, penjualan tanaman hidroponik miliknya menurun drastis. Dari per minggu bisa menjual 1.500 tanaman sawi, kini hanya bisa menjual 600 sawi saja. Otomatis omzetnya rontok dari Rp 3 juta per minggu menjadi Rp 1 juta.
Meski demikian, Wahyu tetap menanam sawi hidroponik. Ia mencoba menjaga suhu air hingga menjaga pompa air untuk mengaliri pipa-pipa tanaman hidroponik.
"Menjaga suhu air itu, kadang pipa-pipa itu kan juga panas sekali. Jadi menjaga aliran air itu aja," tuturnya.
(hil/iwd)