Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia (RI) melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengumpulkan sejumlah pengusaha dan petani porang di Surabaya pada Kamis (6/7/2023).
Dalam acara ini, para petani porang tidak mendapat kepastian dari pemerintah dalam hal ini Kementan RI terkait harga umbi porang basah yang harganya anjlok. Harga anjlok itu terjadi usai pemerintah menggembar-gemborkan ke masyarakat dan petani untuk menanam porang.
Direktur Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kementan RI, Batara Siagian mengakui gembar-gembor pemerintah pada tahun 2020 lalu untuk mengajak petani dan warga menanam porang menjadi penyebab harga umbi basah porang saat ini anjlok. Sebab, hasil panen petani tidak terserap maksimal sehingga suplai-demand tidak seimbang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya iya cerita kalau misalnya umbi basah murah itu kan itu dampak dari tiga tahun yang lalu ya, ketika kita sangat gembar-gembor dengan porang, tapi hilirisasinya nggak dikembangkan, marketnya nggak dikembangkan," ujarnya.
"Tapi kita kan konsisten ini, mulai hari ini kita akan coba kita tarik hilirisasinya dengan baik sehingga orang hilirisasinya menarik hulunya dengan baik, kayak gitulah," tambahnya.
Batara juga menyatakan meski harga porang khususnya umbi basah anjlok, pihaknya tidak perlu menyiapkan batas harga bawah untuk porang. Menurutnya saat ini yang diperlukan ialah porang diolah dalam beraneka ragam makanan dan bisa dinikmati warga Indonesia.
"Kalau harga batas bawah kan kalau kita tidak urgent buat apa diatur. Yang penting kan saat ini kan tarikan daripada komoditi itu, artinya bahan bakunya yang di lapangan itu bisa ditarik secara perlahan melalui ya itu hilirisasinya ditingkatin. Dan ini bisa menjadi segmentasi pasar baru di bidang pangan yang memenuhi karbohidrat," bebernya.
"Jadi kita jangan lagi bertumpu, artinya emang kalau nggak ada beras kita nggak bisa makan yang lain? Ya bisa aja kan, tapi dikenalkan bahwa porang ini salah satu sumber karbohidrat yang berbeda mungkin karakteristiknya dengan beras atau komoditi lain, gandum," sambungnya.
Batara mengungkapkan saat ini pemerintah berusaha mempromosikan hasil olahan porang terutama beras untuk bisa dinikmati di tempat-tempat eksklusif.
"Tapi ya itu tadi, bagaimana cara kita mempromosikan. Ya kita harus tarik di daerah-daerah yang memang dia eksklusif. Karena biaya produksinya dan biaya segala macamnya kan beda sama beras. Dia (beras porang) butuh harga lebih, ya wajar," terangnya.
Batara sempat menemui sejumlah petani porang. Dari pertemuan itu, petani menginginkan harga umbi porang basah di angka Rp 4-5 Ribu.
"Harus kita hitung lah, saya tanya petani langsung di Sukabumi yang penting bagi dia asal tidak rugi. Ada yang minta Rp 4-5 ribu. Itu kan nanti dinamika pasar kalau hilirisasi jalan, pasti harga itu akan menggeliat sendiri. Pabrik chip sudah banyak saat ini, namun yang mengolah sampai jadi beras hanya satu PT Conjac," jelasnya.
Dirinya meyakini seiring banyaknya teknologi pengolahan di pabrik porang Indonesia bisa menciptakan bahan jadi atau produk yang bisa dimanfaatkan langsung oleh warga.
Selain itu, Kementan RI akan terus berupaya mensosialisasikan makanan jadi porang ke warga.
"Agar tidak terjadi (kerugian di petani), kita ubah pasar utamanya China. Ya kita juga ikut makan, kita kenalkan di tempat-tempat yang pas, yang bisa menerima harga itu. Hotel kan bisa, banyak hotel di Indonesia masak nggak bisa narik (tamu hotel untuk makan olahan porang). Kenapa nggak kita aja yang makan," tandasnya.
(faa/iwd)