Otto Toto Sugiri, Salah Satu Orang Terkaya Indonesia Berjuluk Bill Gates RI

Kabar Finance

Otto Toto Sugiri, Salah Satu Orang Terkaya Indonesia Berjuluk Bill Gates RI

Anisa Indraini - detikJatim
Kamis, 06 Jul 2023 09:40 WIB
Otto Toto Sugiri
Otto Toto Sugiri yang dijuluki Bill Gates Indonesia/Foto: Dok. DCI Indonesia
Surabaya -

Otto Toto Sugiri yang dijuluki Bill Gates Indonesia membuat banyak orang penasaran. Berikut ini kisah salah satu orang terkaya di Indonesia tersebut.

Mengutip detikFinance, nama Otto tak asing di industri teknologi. Ia mendapat julukan Bill Gates Indonesia karena menjadi pelopor data center untuk menumbuhkan ekonomi digital Indonesia.

Dalam data Forbes per hari ini, Kamis (6/7/2023), Otto berada di urutan ke-23 sebagai orang terkaya di Indonesia, dan urutan ke-1.622 di dunia. Hartanya tercatat mencapai US$ 1,9 miliar atau setara Rp 28,5 triliun (kurs Rp 15.000).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia sudah menggeluti industri teknologi selama empat dekade. Otto merupakan salah satu pendiri perusahaan PT DCI Indonesia Tbk (DCII) sekaligus presiden direkturnya.

Perjuangan Otto Toto Sugiri

Otto berjuang sejak lulus dari RWTH Aachen University, Jerman pada 1980. Kala itu dia menyelesaikan kuliah dengan gelar Sarjana Teknik Elektro dan Master Teknik Komputer.

ADVERTISEMENT

Otto harus pulang ke Indonesia setelah lulus, karena harus merawat ibunya yang sakit. Di saat yang bersamaan, ia bingung mencari kerja karena saat itu jarang perusahaan yang mencari programmer.

"Sangat sulit tahun 1981-1982. Cari kerja programmer di perusahaan yang punya komputer, yang butuh programmer hampir nggak ada," kata Otto.

Otto lalu mendapat kerja di salah satu perusahaan di Indonesia. Kemudian ia juga berkecimpung ke dalam proyek dengan rekan kuliahnya kala di Jerman, yakni membuat software yang memfasilitasi pembelian kredit untuk nelayan.

Otto mengaku tidak pernah terbesit ingin menjadi pengusaha sepanjang kariernya, meski saat ini menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia dengan usahanya. Setelah bekerja dengan orang lain, ia sempat bekerja untuk perusahaan salah satu keluarganya di Bank Bali, untuk mengembangkan sistem IT bank dari back office hingga akuntansi.

"Sampai tahun 83 saya dibujuki untuk membantu perusahaan keluarga, itu paman saya kebetulan pemilik Bank Bali, jadi setelah diiming-iming mau dibeliin komputer gede ok juga gitu. Akhirnya saya masuk," jelasnya.

Setelah enam tahun bekerja di Bank Bali, Otto memutuskan keluar dan membuat perusahaan sendiri yakni Sigma Cipta Caraka pada 1989. Tak sendiri, perusahaan dibangun oleh beberapa rekannya juga.

Perjalanan Bisnis Otto Toto Sugiri

Sigma Cipta Caraka berdiri bertepatan dengan pemerintah yang baru saja melonggarkan kebijakan untuk industri perbankan. Dampaknya, jumlah bank melonjak dari 111 pada 1988 menjadi 240 bank pada 1994.

Peluang itu dimanfaatkan Otto untuk melayani bank-bank baru yang membutuhkan dukungan IT. Dalam setahun, Sigma Cipta Caraka mengantongi keuntungan hingga US$ 1,2 juta.

Ketika Sigma Cipta Caraka sedang berkembang, Otto mendirikan Indointernet pada 1994. Perusahaan itu membuat sebuah layanan internet yang memudahkan semua orang mengakses informasi dari seluruh dunia, layaknya sistem pencarian Google.

Lalu, Otto Toto Sugiri juga mendirikan BaliCamp sebagai anak usaha dari Sigma Cipta Caraka. Perjalanan bisnisnya tidak mulus-mulus saja. BaliCamp harus ditutup setelah ada tragedi Bom Bali pada 2002.

Untungnya, Otto masih bisa mempertahankan Sigma Cipta Caraka sebagai induk perusahaannya. Bahkan bisa tetap beroperasi tanpa utang di tengah krisis keuangan Asia. Namun pada 2008, ia memutuskan menjual 80% sahamnya ke Telekomunikasi Indonesia (Telkom) senilai US$ 35 juta.

Sekitar dua tahun berselang, Otto benar-benar menjual Sigma Cipta Caraka hingga berpikir mau pensiun. Tetapi pada 2011, ia melihat peluang saat pemerintah membuka pintu untuk memperkuat pusat data negara.

Otto lalu meluncurkan DCI Indonesia. Untuk menarik klien terbesar dan terbaik, ia memastikan DCI mendapatkan sertifikasi Tier IV yang menjadi klasifikasi tertinggi industri pusat data global pada 2014.

Otto juga melengkapi syarat perusahaannya sebagai pusat data, di mana perusahaan harus menjamin online selama 99,995% dan memiliki cadangan yang sepenuhnya untuk listrik jika terjadi pemadaman. Sampai saat ini DCI menjadi perusahaan penyedia data center terkemuka di Indonesia.

DCI juga memiliki klien lebih dari 40 perusahaan telekomunikasi dan lebih dari 120 penyedia layanan keuangan di seluruh Indonesia, Asia Tenggara, dan AS. Perusahaan itu melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Januari 2021.




(sun/fat)


Hide Ads