Sederet Alasan Warung Madura Tetap Buka 24 Jam Bahkan Saat Lebaran

Sederet Alasan Warung Madura Tetap Buka 24 Jam Bahkan Saat Lebaran

Jemmi Purwodianto - detikJatim
Sabtu, 22 Apr 2023 18:19 WIB
Salah satu warung Madura di Surabaya
Salah satu warung Madura di Surabaya. (Foto: Jemmi Purwodianto/detikJatim)
Surabaya -

Lebaran tidak membuat pemilik warung Madura menutup toko kelontongnya. Mereka terpaksa merelakan momen bahagia yang dirasakan umat Islam setelah sebulan penuh berpuasa, yakni merayakan Idul Fitri bersama keluarga.

Salah satu alasannya, mereka yang membuka usaha warung Madura telah terikat komitmen yang biasanya dibuat bersama keluarga mereka. Hal itu diungkapkan oleh Muhammad Saleh, salah satu pemilik warung Madura asal Pamekasan di Jalan Lidah Wetan Gang 5, Surabaya.

"Tahun ini nggak mudik, karena harus jaga toko 24 jam," kata Saleh ketika ditemui detikJatim di warungnya, Sabtu (22/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saleh memilih tetap membuka warung selama 24 jam daripada mudik dan merayakan lebaran bersama keluarga karena terganjal oleh situasi. Seharusnya, tahun ini dia bisa libur menjaga warung digantikan oleh saudaranya. Tapi saudaranya itu sedang menjalankan ibadah umrah.

"Ini sudah komitmen dari awal untuk tetap buka meski hari besar sekalipun. Biasanya gantian sama saudara, tapi saudara saya lagi umrah," tambah Saleh.

ADVERTISEMENT

Komitmen yang Harus Dijaga

Saleh menjelaskan bahwa komitmen bersama saudaranya itu harus ditunaikan agar warungnya tidak sampai kehilangan pelanggan. Saleh dan saudaranya yakin, sekali saja warung milik mereka tutup, bukan tidak mungkin pelanggan kecewa hingga enggan berbelanja lagi di warungnya.

Alasan tentang komitmen itu juga yang disampaikan oleh Nur Saida. Dia juga menyadari konsekuensi bila warung tutup saat Lebaran atau libur nasional lain yang bisa berujung larinya pelanggan.

"Kalau sering tutup, akan banyak pelanggan yang tak lagi datang ke toko. Maka dari itu kami buka terus," ujar Saida yang juga merupakan warga asal Pamekasan.

Padahal, sebenarnya para pemilik warung Madura ini bisa saja menutup lapak dagangan mereka bila mereka mau. Tapi seringkali situasi yang tidak mengizinkan mereka untuk melakukan itu.

"Kalau tutup ya bisa saja, tapi awal Ramadhan kemarin itu sudah pulang. Jadi lebaran ini nggak pulang," kata Nur Saida.

Himpitan Ekonomi dan Gengsi

Nur Saida mengungkapkan bahwa di hati kecilnya tetap ada keinginan untuk berlebaran bersama keluarga. Apalagi selama menjaga warungnya di kawasan Lidah Wetan dia meninggalkan putri pertamanya di Pamekasan dan hanya membawa kedua putranya yang masih balita.

"Ya mau bagaimana lagi, anak-anak masih kecil, kebutuhan makin banyak. Sementara lebaran juga butuh uang banyak. Saya malu kalau pulang tak bawa uang. Jadi mending di sini cari rejeki," tambah Nur.

Saida juga mengakui bahwa keputusan untuk tetap membuka warung bahkan saat lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha memang membuat warungnya semakin banyak pelanggan.

Pada saat libur lebaran misalnya, pembelian di warungnya bisa meningkat hingga 2 kali lipat. Itu karena toko kelontong lain yang menjadi pesaing memilih untuk tutup.

Tapi ada alasan lainnya yang membuat Saida maupun Saleh tetap bertahan pada komitmen masing-masing untuk tetap buka 24 jam tak peduli lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha. Alasan terakhir ini menjadi penentu yang memaksa mereka harus tetap membuka warungnya.

Keterbatasan Tempat untuk Menyimpan Barang

Muhammad Saleh warga Pamekasan yang tetap menjaga warung Madura miliknya selama 24 bersama istrinya Sumiati mengungkapkan alasan lain mengapa dirinya tidak bisa menutup warungnya meskipun ada keinginan.

Saleh menjelaskan bahwa ukuran warung miliknya terlampau kecil untuk menampung seluruh barang dagangan. Ditambah lagi ada mesin pengisi bahan bakar di warung yang dia jaga.

"Kalau tutup itu, semua barang harus dimasukkan. Lha sebanyak ini (barang yang harus disimpan) nggak muat tempatnya. Jadi, ya, mau nggak mau lebaran harus tetap buka," ucap Saleh.

Para penjaga warung Madura ini pun harus menambah kesabaran. Bukannya sama sekali tidak libur, mereka hanya menunggu giliran untuk libur ketika sudah ada saudara masing-masing yang akan menggantikan.

Roby misalnya, penjaga warung yang juga warga Pamekasan, kali ini harus berlebaran di Surabaya sambil membuka toko karena pada awal Ramadhan dia sudah sempat mudik ke kampung halaman.

"Nggak mudik, sudah pulang awal Ramadhan lalu. Nanti tujuh hari setelah lebaran baru ada saudara yang ganti," kata Roby.




(dpe/dte)


Hide Ads