Ramadhan menjadi salah satu momen yang dinantikan masyarakat di Indonesia. Ramadhan di Indonesia memang begitu semarak. Selain tempat ibadah, pasar hingga mal juga senantiasa ramai ketika Ramadhan. Banyak masyarakat berbondong-bondong berbelanja hingga puncaknya saat Lebaran nanti.
Kendati demikian, Ekonom Universitas Airlangga (Unair) Shochrul Rohmatul Ajija SE MEc, mengingatkan agar masyarakat mampu mengatur keuangannya, terutama saat Ramadhan. Menurutnya, selain dorongan untuk bersedekah, keinginan membeli sesuatu yang didasarkan sifat konsumtif pun menjadi tinggi.
"Selama masih dalam proporsi yang baik dan on-budget sebenarnya tidak apa-apa. Mungkin selama satu tahun ke belakang kita mencoba banyak saving dan meredam konsumsi, selama Ramadhan tidak apa-apa dikeluarin," ujarnya, Senin (27/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Manfaat Menahan Marah Saat Puasa Ramadhan |
Ia menuturkan, masyarakat harus mampu mengatur keuangan rumah tangga, setidaknya dalam empat bagian. Diantaranya, sepuluh persen untuk sedekah, tiga puluh persen untuk konsumsi, tiga puluh persen untuk kewajiban seperti angsuran yang wajib dibayar, dan tiga puluh persen sisanya untuk dana jaga-jaga, tabungan, dan investasi.
"Yang bahaya adalah orang yang family financial planning-nya udah salah. Konsumsinya sudah lebih dan tidak punya saving bahkan minus, kemudian di Ramadhan berseliweran di media sosial, promosi. Akhirnya spending lebih banyak lagi," tambah dosen Departemen Ekonomi Pembangunan tersebut.
Menurutnya, dalam beberapa hal, sedekah pun harus dalam perhitungan. Jangan sampai akhirnya mengorbankan pengeluaran yang primer, karena sedekah paling utama ialah kepada keluarga. Artinya, dalam sektor terkecil seperti keluarga, pengaturan atas keuangan harus tetap dilakukan.
"Ibadah itu direncanakan, ibadah harus masuk dalam rencana pembagian income kita, ya. Biar kita ada persiapan. mau Ramadhan, niatnya apa, oh saya mau sedekah sekian sehingga kita sudah persiapannya sebelas bulan kemarin," ucapnya.
Ia berpesan untuk meniatkan setiap pengeluaran untuk sedekah. Karena, hal tersebut juga akan berkontribusi dalam peningkatan ekonomi, terutama ketika kita membeli kepada pedagang ultra mikro.
"Untuk kita yang masih minus, hati-hati. Sedekah tidak harus dengan harta. Sedekah itu banyak caranya, dengan kita berbuat baik, berbisnis yang jujur, itu bagian dari sedekah," tutupnya.
(hil/fat)