Momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) ini harga minyak goreng curah sudah tembus Rp16.000/kg di Pasar Stasiun, Ponorogo. Sementara minyak curah kemasan Minyakita disebut sulit dicari.
Hal itu diungkapkan oleh salah satu pedagang di Pasar Stasiun Ponorogo Ita Indayana. Dia mengatakan bahwa minyak curah stoknya cukup banyak tapi harganya mahal.
"Minyak curah ada. Tapi harganya mahal. Sekarang Rp16 ribu/kg," ujar Ita saat ditemui wartawan, Minggu (25/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim, harga migor curah terus merangkak naik sejak 1 Desember.
Hingga Minggu malam pukul 21.00 WIB tercatat bahwa harga rata-rata minyak curah di 37 kabupaten/kota di Jatim mencapai Rp15.691/kg. Sayangnya, harga rata-rata minyak curah di Ponorogo belum terdata.
Sebagai alternatifnya, seiring mahalnya minyak curah kiloan di pasar masyarakat pun mencari migor curah kemasan keluaran pemerintah, yakni Minyakita.
Sayangnya, menurut Ita, saat ini migor curah Minyakita termasuk yang sulit dicari.
"Sekarang yang agak susah minyak, minyak kita itu susah. Nggak ada barang," terang Ita.
Penelusuran detikJatim ke 5 penjualan bahan pokok termasuk minyak curah Minyakita di Ponorogo 2 di antaranya tidak mendapatkan jatah, atau distribusinya tidak merata.
Pedagang lain di toko Kecamatan Bungkal Puji Lestari (30) mengaku sudah seminggu terakhir tak ada stok Minyakita.
"Minyakita Rp 14,5 ribu per liter. Seminggu ini susah Minyakita," papar Puji.
Menurutnya, selain stok Minyakita yang susah selama Nataru ini harga jual Minyakita pun naik sebanyak Rp 500 per liter.
"Kalau minyak kita dulu Rp 14 ribu per liter naik jadi Rp 14.500," kata Puji.
Dinas Perdagangan bantah Minyakita langka. Baca di halaman selanjutnya.
Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro (Perdagkum) Sumarno membantah bila sulitnya mencari Minyakita disebut kelangkaan.
Menurutnya, stok Minyakita di Ponorogo masih aman karena dia mengaku sempat mendatangi sejumlah pasar, terutama di Pasar Legi.
"Yang namanya langka itu barang tidak ada. Kalau hanya satu yang dagangannya habis, yo nggak langka. Buktinya tadi Minyakita di pasar masih banyak, kok. Barusan saya ke Pasar Legi," kata Sumarno kepada detikJatim.
Menurutnya, jika pedagang membeli dalam jumlah sedikit dan sudah laku kemudian belum ada stok lagi namanya bukan langka. Hanya belum kebagian barang.
"Kalau dia beli stok misal 10 bungkus, terus laku. Belum beli lagi, kan, itu namanya tidak langka. Mungkin belum kebagian barang. Tapi secara keseluruhan saya lihat tadi ada Minyakita di Pasar Legi maupun Pasar Stasiun," kata Sumarno.
Sumarno juga menyinggung apa yang disampaikan Dirjen Kemendag saat sidak bersama Mendag Zulkifli Hasan di pasar Stasiun pada Minggu pagi. Menurutnya, Dirjen memuji harga sembako di Ponorogo yang murah.
Hanya harga cabai rawit yang menurutnya memiliki harga yang masih bersaing dengan kabupaten maupun kota lain.
"Kalau kata Dirjen tadi, harga di Ponorogo murah. Termasuk terjangkau dibanding kota lainnya. Cuma kalau cabai, bersaing harganya," pungkas Sumarno.