Di tangan Ehtiari Purweni dan suami, rumput mendong jadi cuan. Zaman dulu, rumput mendong dianyam untuk dibuat tikar. Namun seiring perkembangan zaman, tikar mendong kurang diminati.
Akhirnya wanita 32 tahun ini pun berinisiatif memanfaatkan potensi mendong untuk dijadikan produk kekinian. Seperti tas tangan, tas selempang dan dompet.
"Kita buat aneka tas dari mendong, alhamdulillah pasarnya bagus. Banyak peminatnya," tutur Tia kepada wartawan, Kamis (15/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guru Geografi ini menambahkan bahan baku mendong masih banyak di Ponorogo. Dia mendapat lembaran mendong dari para penganyam daerah Sampung.
Baca juga: 8 Daerah Penghasil Keripik Tempe di Jatim |
![]() |
"Peminatnya datang dari Ponorogo dan luar Ponorogo, seperti Madiun, Surabaya dan lain-lain," terang Tia.
Warga Desa Plancungan, Kecamatan Slahung ini mengaku omzetnya sebulan mencapai Rp 25 juta. Dibantu 2 karyawan dalam sehari dia bisa memproduksi 20 buah tas mendong.
"Harga tas mulai Rp 35 ribu hingga Rp 105 ribu, paling banyak diminati tas tangan yang harga Rp 65 ribu," tukas Tia.
Alumni Unesa ini pun sempat mempraktikkan proses pembuatan tas. Mulai dari pemotongan lembaran mendong sesuai ukuran. Kemudian dilanjut pengeleman dengan furing.
"Saat dilem harus dipress manual atau mesin supaya menempel kuat," papar Tia.
Setelah itu, proses penjahitan dengan bagian tas lainnya. Seperti pegangan, ritsleting, serta aksesoris tas lainnya. Ada juga yang meminta diberi hiasan bulu merak.
"Pembeli yang ingin custom juga bisa kami layani, misal mau warna atau ukuran sesuai permintaan," pungkas Tia.
(dpe/iwd)