Revitalisasi industri gula nasional juga ditargetkan menghasilkan 1,2 juta kiloliter bioetanol per tahun. Produk bioetanol nanti seluruhnya akan diserap Pertamina untuk campuran bahan bakar minyak (BBM). Program ini untuk menekan impor minyak mentah.
Revitalisasi industri gula nasional diawali pemerintah dengan penggabungan sejumlah PTPN menjadi perusahaan gula nasional. Selanjutnya dengan memperluas lahan untuk tanaman tebu hingga 700 ribu hektare.
Melalui program ini, produksi gula di Indonesia ditargetkan naik secara bertahap dari saat ini 2,35 juta ton per tahun menjadi 4,73 juta ton sampai 5,7 juta ton per tahun. Sehingga swasembada gula untuk konsumsi masyarakat Indonesia ditargetkan tercapai pada 2028.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan swasembada gula untuk kebutuhan industri ditargetkan tercapai tahun 2030. Tidak hanya itu, revitalisasi industri gula nasional juga ditargetkan menghasilkan bioetanol. Yaitu etanol yang dibuat menggunakan bahan baku tetes tebu.
"Kami juga memastikan (revitalisasi industri gula nasional) juga harus bisa memproduksi bioetanol. Ini bagian untuk menyelesaikan impor BBM yang terus meningkat ke depan," kata Menteri BUMN Erick Thohir usai meresmikan revitalisasi industri gula nasional di Desa Batankrajan, Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Senin (10/10/2022).
Erick menjelaskan pihaknya bekerja sama dengan Brazil untuk memproduksi bioetanol. Ia menargetkan industri gula di tanah air menghasilkan 1,2 Kl bioetanol per tahun. Produk bioetanol nantinya bakal 100 persen dibeli Pertamina untuk campuran BBM.
"Pertamina wajib menjadi pembeli bioetanol 100 persen. Supaya ada kepastian apa yang dihasilkan perusahaan gula nasional dan para petani bisa disinambungkan dengan kebutuhan energi nasional," jelasnya.
Bioetanol itu, lanjut Erick nantinya akan diolah Pertamina untuk campuran avtur atau bahan bakar pesawat dan campuran gasoline. Sehingga ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak mentah bisa ditekan.
"Inilah langkah awal kami bersama-sama mewujudkan penyediaan dan produksi bioetanol kepada masyarakat dengan mencampur bioetanol ke BBM. Kami juga menciptakan BBM yang ramah lingkungan, seperti di Brazil. Ini untuk menekan impor minyak mentah," terangnya.
Dirut PT Pertamina Nicke Widyawati menyampaikan kesanggupannya menyerap 100 persen produk bioetanol dari perusahaan gula nasional. Etanol yang diproduksi dari tetes tebu itu akan digunakan sebagai campuran BBM.
"Kalau 5 persen bioetanol kita campur dengan Pertalite itu setara dengan Pertamax, naik 2 oktan. Sehingga emisi karbonnya menjadi lebih baik," tandasnya.
(dpe/sun)