Naiknya Harga BBM Dijawab Buruh dengan Rencana Demo 3 Titik di Surabaya

Naiknya Harga BBM Dijawab Buruh dengan Rencana Demo 3 Titik di Surabaya

Esti Widiyana - detikJatim
Sabtu, 03 Sep 2022 21:05 WIB
Infografis rincian harga Pertalite, Pertamax naik
Foto: Infografis detikcom/Ahmad Fauzan Kamil
Surabaya -

Kenaikan harga BBM telah diumumkan pemerintah siang tadi. Buruh di Surabaya pun mengomentari tentang kenaikan BBM ini.

Wakil Sekretaris DPW Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia Jawa Timur (FSPMI) Jatim, Nuruddin Hidayat dengan tegas menentang kebijakan pemerintah tersebut.

"Buruh menentang keras kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM," tegas Nuruddin kepada detikJatim, Sabtu (3/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Nuruddin, kenaikan harga BBM mengakibatkan lonjakan inflasi yang sangat tajam. Di mana itu akan memberikan dampak terhadap pelemahan daya beli buruh.

"Lebih-lebih upah buruh 3 tahun terakhir tidak naik akibat salah kebijakan dalam UU Omnibus Law," kata Nuruddin.

ADVERTISEMENT

Atas kenaikan BBM per hari ini, kata Nuruddin, buruh Bersama Serikat Pekerja/Serikat Buruh akan melakukan aksi demonstrasi secara nasional pekan depan. Tepatnya pada Selasa, (6/9/2022) di 3 titik Kota Surabaya.

"Untuk menentang kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat ini. Di Jawa Timur aksi demonstrasi tanggal 6 September 2022 rencana dilakukan di 3 titik, yaitu di Gedung DPRD Provinsi Jawa Timur, Kantor Gubernur Jawa Timur dan Gedung Negara Grahadi," jelasnya.

Salah satu buruh atau pekerja pabrik di kawasan industri SIER Rungkut, Yudha juga sependapat. Menurutnya, kenaikan BBM ini cukup memberatkan buruh dan masyarakat dengan perekonomian ke bawah.

"Pasti cukup berat buat kami, apa lagi orang-orang yang penghasilannya kurang dari UMR dan harus bekerja di lapangan. Karena kenaikan yang lumayan, jika dikali beberapa liter, ya lumayan menambah pengeluaran lagi," kata Prasetya.

Sama halnya dengan Muhammad Nadhif salah satu pekerja di pabrik kayu. Ia merasa kenaikan BBM ini cukup memberatkan para buruh pabrik, dan secara otomatis kebutuhan lainnya juga ikut naik.

"Sedangkan upah kita sudah ditetapkan awal tahun tidak langsung mengikuti kenaikan BBM. Pengeluaran sebulan sekian jadi membengkak," ujar Nadhif.

Menurut Nadhif, yang disayangkan ialah pemerintah menetapkan subsidi tetapi disalahgunakan oleh orang-orang yang seharusnya tidak memakai BBM bersubsidi. Akhirnya yang terkena imbasmya seluruh Indonesia.

"Jadi kalau bisa meskipun sudah naik. Kita pekerja ini berharap ada solusi dari pemerintah, seperti bantuan sosial seperti saat pandemi COVID-19 dapat 1 bulan sekali Rp 600 ribu. Perlu BLT dari pemerintah, karena otomatis biaya membengkak," jelas Nadhif.

Nadhif berharap kepada pemerintah bahwa BBM yang sudah naik per hari ini bakal bisa turun kembali. Nadhif juga berpesan agar penggunaan BBM bersubsidi benar-benar tepat sasaran.

"Kadang-kadang oknum SPBU atau lainnya membiarkan saja. Kita menyarankan agar pemerintah lebih ketat lagi memantau mereka yang main gituan, misalnya pembelian subsidi diperjualbelikan ke perusahaan, kan ga harusnya dapat. Efeknya ke kita semua, akhirnya kayak gini," pungkas Nadhif.




(iwd/iwd)


Hide Ads