Pemerintah mengumumkan harga mi instan bakal naik 3 kali lipat akibat pasokan gandum yang berkurang. Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak meyakini harga mi instan tidak akan naik ekstrem. Sebab, saat ini negara-negara penghasil gandum tengah panen raya.
"Industri itu kan stoknya 3 bulanan, jadi kita berharap September ada barang masuk lagi (bahan baku gandum). Karena sebenarnya negara-negara produsen bulan ini mulai panen gandum," kata Emil di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (9/8/2022).
"Kita harap semoga musim panen yang di negara produsen gandum ini bisa mendorong. Apalagi kita harap juga ada jalur alternatif lah untuk mengakses gandum dari Ukraina," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan Bupati Trenggalek ini membeberkan, ada negara di luar Rusia-Ukraina yang juga diperkirakan akan mensuplai gandum ke Indonesia. Meski, lanjut Emil, Rusia dan Ukraina merupakan negara terbesar penghasil gandum.
"Dan memang secara global kan ada ekspektasi dengan naiknya suku bunga, itu sebenarnya permintaan dunia diproyeksikan tidak naik, bahkan agak melemah. Sehingga harusnya, ada potensi harga gandum lebih baik lah ke kita," terangnya.
"Kalau rame-rame mi instan katanya naik karena gandum, tapi sebenarnya kenyataan akan ada panen raya di negara produsen, termasuk Ukraina ada jalur lain tidak melalui jalur yang sekarang terganggu perang kita harapkan bisa diakses. Yang pasti ada negara lain di Barat yang mungkin bisa diakses untuk mengeluarkan gandum tersebut, itu yang diharapkan. Jadi ya kita berharap harga gandum baik, dan produsen bisa menjaga stabilitas harga," beber Emil.
Suami Arumi Bachsin ini mengimbau warga Jatim tidak panik atau sampai panic buying dengan memborong mi instan di pasar.
"Negara-negara produsen gandum ini kan yang major dari Ukraina dan Rusia. Bukan negara tropis, tapi ada negara lain yang panen raya dan adanya penyesuaian suku bunga ada ekspetasi pelonjakan permintaan, itu yang kita informasi dapat dari market," katanya.
Menurut Emil, panic buying ini tidak akan menguntungkan siapapun. "Jangan panic buying, apalagi anak kos, panic buying ini tidak akan menguntungkan siapapun, karena membuat spekulasi harga juga. Kami meyakini pemerintah pusat memiliki cara untuk bekerja sama dengan jejaring retailer, dan produsen untuk memberikan informasi yang lebih dipercaya terkait stabilitas ini, moga-moga tidak ada borong memborong. Kita punya harapan harga mi instan tidak akan naik nya ekstrem," tandasnya.
(hil/iwd)