Paparan Economic Outlook 2022, CT Sebut Peluang Indonesia Resesi Kecil

Paparan Economic Outlook 2022, CT Sebut Peluang Indonesia Resesi Kecil

Faiq Azmi - detikJatim
Minggu, 07 Agu 2022 01:17 WIB
chairul tanjung economic outlook
CT dalam paparannya tentang ekonomi Indonesia di economic outlook 2022 (Foto: Faiq Azmi)
Surabaya -

Chairman CT Corp sekaligus Komisaris Utama Bank Mega Chairul Tanjung (CT) memaparkan pandangannya terkait ekonomi Indonesia tahun 2022. Menurut CT, peluang Indonesia resesi sangat kecil bahkan tidak mungkin.

"Banyak orang bertanya, mungkinkah Indonesia resesi? Saya sampaikan bahwa Indonesia kecil sekali atau bahkan tidak mungkin mengalami resesi," kata CT saat acara Gala Dinner & Economic Outlook 2022 yang digelar Bank Mega di Hotel Shangri-La, Surabaya pada Sabtu (6/8) malam.

"Namun kita harus tetap waspada karena kita tidak tahu apa yang terjadi kemudian hari. Karena ada banyak faktor. Kita harus waspada," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CT menjelaskan ada sejumlah faktor yang menyebabkan ekonomi menjadi tidak pasti. Salah satunya karena pandemi COVID-19.

"Pandemi COVID-19 belum berakhir, jadi kita gak tahu mungkin tahun depan, 5 tahun lagi, 10 tahun lagi pandemi ini baru berakhir. Tetapi, munculnya varian baru itu tidak membuat keparahan makin tinggi, justru semakin rendah. Kita harapkan COVID-19 akan jadi flu biasa," katanya.

ADVERTISEMENT

Tidak hanya pandemi, ketidakpastian ekonomi di dunia termasuk Indonesia juga bisa disebabkan oleh faktor perang antar negara yang berlarut-larut.

"Lalu ada ketidakpastian dunia masih sedang terjadi. Perang saya harus katakan belum akan selesai dalam waktu dekat, pasti akan masih panjang waktunya. Kenapa? Karena Amerika dan sekutunya tidak akan pernah membiarkan Ukraina kalah dari Rusia. Sebagai gambaran Amerika telah menyetujui 40 miliar US Dollar ke Ukraina dalam bentuk senjata," terangnya.

"Jadi gak mungkin Ukraina itu kalah, dan Rusia tidak mungkin mundur karena faktor Vladimir Putin. Kita gak akan tahu apa yang terjadi, jadi perang akan masih berlangsung panjang," lanjutnya.

Kemudian, CT juga menyebut kebijakan Zero COVID oleh negara Cina bisa berpengaruh besar. Sebab, seringkali dalam satu daerah di Cina melakukan lockdown karena ditemukan kasus COVID.

"Lalu Cina zero covid policy ini berpengaruh besar terhadap suplai jenis barang. Jadi kalau lockdown pengaruhnya ke dunia. Dan mudah-mudahan Presiden Cina menyadari bahwa varian COVID yang baru tidak terlalu bahaya dan bisa perlahan meninggalkan zero covid policy," jelasnya.

Yang terbaru, lanjut CT, adalah potensi konflik antara Amerika dan Cina terkait masalah Taiwan. Meski masih baru, namun CT mewaspadai risiko kedua negara itu bersitegang hingga perang.

"Yang baru konflik antara Amerika dan Cina terkait dengan Taiwan. dengan datangnya ketua Parlemen Amerika ke Taiwan itu bikin masalah besar mudah-mudahan tidak menimbulkan eskalasi yang besar yang mengakibatkan permasalahan dunia bergejolak. Ini permasalahan baru di minggu ini," bebernya.

Dampak dari ketidakpastian dunia, kata CT bisa dirasakan Indonesia. Namun, melihat kondisi saat ini, ekonomi Indonesia masih diprediksi baik-baik saja.

"Inflasi dan nilai tukar rupiah Indonesia saat ini tetap terkendali. Jadi jangan mimpi nyimpen Dollar balik ke 1998, karena keadaannya berbeda. Keadaannya berbeda, inflasi kita masih akan terkendali," katanya.

"Saya merasa pemerintah memilih cara-cara lain dibandingkan dengan menaikkan harga BBM. Karena harga BBM itu adalah penyebab inflasi luar biasa, begitu dinaikkan harganya, inflasinya naik luar biasa, demo di mana-mana ketidakstabilannya luar biasa." ungkapnya.

Menurut CT, saat ini pemerintah memilih cara lain di luar menaikkan harga BBM, yang membuat inflasi masih terkendali. Ia juga memperkirakan harga komoditas masih akan tinggi sampai akhir tahun 2022.

"Maka masuknya uang dari ekspor komoditas kita masih akan banyak, dan uang masih banyak masuk dalam mata uang asing, maka rupiahnya relatif akan terjaga," tandas CT.




(iwd/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads