Sempat terdampak pandemi COVID-19, UMKM di desa-desa Banyuwangi terus bangkit. Perlahan mereka menemukan kembali ritme usaha mereka. Salah satunya, bordir sarung dan mukena milik H. Usman, warga Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi.
Kini usaha keluarga itu mulai kembali bangkit. Bordir sarung dan mukena telah dipasarkan di berbagai daerah seperti Malang, Balikpapan, juga ekspor ke Malaysia.
"Karena ini bisnis keluarga, kami biasanya kirim ke Malang tempat saudara saya. Dari situlah mulai disebar, dan hingga ekspor ke Malaysia," kata Usman, saat dikunjungi Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, di sela Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa), di Desa Aliyan, Jumat (22/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski baru dirintis selama 3 tahun dan sempat terdampak pandemi COVID-19, kini bordir sarung dan mukena ini kian banyak menerima pesanan.
Bupati Ipuk bangga dan mengapresiasi semangat dan usaha pantang menyerah pada para pelaku UMKM. "Terima kasih untuk tidak menyerah dengan keadaan," kata Ipuk.
Itulah yang membuat dalam program Bunga Desa, Bupati Ipuk mengusung spirit baru, Banyuwangi Rebound, sebuah gerakan multisektor untuk membawa Banyuwangi untuk bangkit dari dampak pandemi.
"Kami kembali gerakkan program Bunga Desa ini untuk menularkan spirit Banyuwangi Rebound sampai ke desa-desa. Kami ingin mengajak semua bergerak bersama," ungkapnya.
Spirit Banyuwangi Rebound sendiri, lanjut Ipuk, terdiri dari tiga pilar. Mulai dari penanganan pandemi, pemulihan ekonomi, sampai merajut harmoni. Tiga hal inilah yang mewarnai serangkaian agenda Bunga Desa.
"UMKM menjadi bagian penting dalam upaya pemulihan ekonomi. Kami terus mensupport dengan berbagai kebijakan agar pertumbuhan mereka tetap terjaga. Seperti halnya program UMKM naik kelas, gerakan ASN Belanja, bantuan alat usaha, dan berbagai program lainnya," terangnya.
Sebelumnya, Ipuk juga mengunjungi UMKM pembuat alat musik kalimba di Dusun Bolot, Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi.
Tiap bulan, Kalimba buatan UMKM milik Supriyanto ini ekspor ke berbagai negara terutama Jamaika. Selain negara asal karimba, Jamaika, juga melayani negara-negara lainnya seperti Brazil, Korea, Perancis, dan lainnya.
"Alhamdulilah sekarang sudah banyak pesanan. Baru saja saya kirim 100 ribu Kalimba ke Jamaika," kata Supriyanto.
Sebelum pandemi, Supriyanto mengatakan bisa mengirim 200 ribu karimba ke luar negeri. Meski kini secara jumlah menurun, yang terpenting sudah kembali rutin ekspor ke luar negeri. Selain itu, menurut Supriyanto, produk buatannya juga kembali banyak dipesan toko-toko di Bali.
Supriyanto menjelaskan usahanya membuat karimba mulai dia rintis pada 2006, dengan bahan baku limbah batok kelapa, beberapa kayu dan jeruji sepeda. Setelah karimba buatannya disukai, Supriyanto juga merambah ke alat musik lainnya seperti boxdrum dan julidu. Kini, 8 pekerja yang merupakan pemuda sekitar di bengkel pembuatan alat musik milik Supriyanto.
(fat/fat)