Harga minyak goreng kemasan mendadak mahal. Itu setelah pemerintah mengembalikan harga minyak goreng ke pasar atau tidak ada lagi subsidi. Emak-emak di Surabaya dibuat geram. Ketika harganya murah minyaknya langka, ketika mahal justru bermunculan di pasaran.
Pantauan detikJatim di salah Indomaret di kawasan Jl Undaan hanya ada minyak goreng kemasan 2 liter dengan harga Rp 49.200 atau Rp 24.600/liter. Di SuperIndo kawasan Dharma Husada harga minyak goreng 1 liter Rp 24.900. Sedangkan untuk kemasan 2 liter Rp 49.250.
Lainnya, terpantau di Alfamidi kawasan Jl Pengampon stok minyak goreng justru kosong. Hanya ada sejumlah kemasan minyak goreng dari kelapa yang terpajang di etalase toko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mirna (46) salah satu emak-emak di Surabaya yang hendak berbelanja minyak goreng mengaku kecewa. Ketika harga minyak goreng masih murah, di banyak swalayan mau pun di pasar harganya tidak sesuai yang dijanjikan pemerintah yakni seharga Rp 14 ribu selama 6 bulan.
"Jare rego Rp14 ewu 6 ulan, tibake yo sak ulan (Katanya harga Rp 14 ribu sampai 6 bulan, ternyata ya cuma 1 bulan)," kata Mirna kepada detikJatim, Kamis (17/3/2022).
Dia semakin merasa jengkel, kini ketika harga minyak goreng kemasan tidak lagi disubsidi dan harganya naik justru banyak tersedia di swalayan dan pasar di Surabaya. Mirna pun merasa dipermainkan sebagai emak-emak.
"Nek rego mundak ae minyak ditokno kabeh. Wes mbuh kok. Dulinan ta yaopo iki? Aku ambek emak-emak koyok digawe dulinan karo minyak (Kalau harga naik saja minyak [goreng]-nya dikeluarkan semua. Enggak tahu sudah. Ini permainan atau bagaimana? Saya dengan emak-emak lain ini seperti dipermainkan oleh minyak)," ujarnya.
Emak-emak lainnya bernama Buniati (47) tidak kalah merasa sedih karena harga minyak kemasan yang semakin mahal. Dia yang seorang pedagang sampai tidak bisa berjualan.
"Enggak tahu saya, enggak punya uang kalau mahal. Untuk makan enggak ada. Saya jualan jajan. Saya keliling ke 2 supermarket. Yang satu kosong, satunya lagi mahal," katanya.
Sementara Munide (30) warga Jalan Undaan, Peneleh mengatakan, dia sebagai rakyat kecil cukup kecewa dengan pemerintah. Tapi apa lah dayanya. Baginya, rakyat kecil memang hanya bisa nurut dengan pemerintah dan tak bisa turut mengubah kebijakan.
"Kok sampek semahal segitu. Kalau bisa, ya, diturunkan. Biar rakyat bisa mengatur keuangannya. Soalnya keuangan bawah sedikit bahan sembako mahal. Kecewa, sih, sama pemerintah. Tapi rakyat kecil cuma bisa ngikut aja. Wong ga bisa apa-apa," ujarnya.
Demikian halnya Sarbina (62) yang terkejut saat mendapati harga minyak mahal dua kali lipat lebih mahal dari sebelumnya. Dia merasa kasihan dengan masyarakat menengah ke bawah. Menurutnya, mereka lah yang akan lebih terbebani dengan mahalnya harga minyak goreng.
"Sekarang harganya muahal. Satu liter Rp 25 ribu. Mau beli kok naik banget, naik 2x lipat. Biasanya Rp 28 ribu 2 liter, sekarang 2 liter Rp 49 ribu. Ini terlalu mahal. Kalau kayak gini kasihan yang enggak kerja. Belanjaan naik semua. Kasihan banget kalau yang enggak kerja, mau makan apa kalau mahal? Semua barang naik semua. Kasihan sama orang-orang (yang ekonominya) di bawah, apa lagi yang jual gorengan," katanya.
(dpe/fat)