Operasi pasar minyak goreng murah menyisakan banyak cerita para penjual gorengan. Mereka beradu siasat dengan beberapa toko, agar kebutuhan minyak goreng didapat tiap hari.
Bisa dibilang, di antara ratusan orang yang berkerumun di operasi pasar di Blitar Raya, didominasi para penjual gorengan. Mereka rela datang lebih pagi untuk antre, dengan menempuh perjalanan lebih dari 15 km dari rumahnya. Seperti Neni warga Kabupaten Blitar yang datang ke operasi pasar yang digelar di Pasar Legi Kota Blitar.
"Berangkat dari rumah jam 6. Bawa bontot buat sarapan. Biasanya antrenya lama dan uyel-uyelan. Kalau gak merangsek ke depan, gak bakal kebagian," jawab Neni warga Ponggok, Kabupaten Blitar, Jumat (25/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari ini Neni datang ke kota dengan harapan ada informasi lagi kapan dan di mana ada operasi pasar minyak goreng digelar. Tak hanya Neni. Saban hari, para penjual gorengan mencari informasi di mana digelar operasi pasar minyak goreng. Foto copy KTP anak cucu kemudian disiapkan, agar mendapat jatah lebih dari 2 liter per orang.
"Biar sumbut sama antrinya. Kalau cuma dapat dua liter, saya gak bisa jualan gorengan. Wong ndak tiap hari ada minyak," ujar Setiawati, warga Sanankulon Kabupaten Blitar.
Langkanya stok minyak goreng juga diakui Ida Wahyuni. Warga Jalan Bakung yang berdekatan dengan Pasar Legi Kota Blitar ini berjualan lumpia setiap harinya. Kalaupun ada, stok yang didapat hanya minyak kemasan yang datang per minggu sekali. Dan dijatah tiap orang hanya satu liter.
"Tokonya padahal ya tetangga saya. Katanya datangnya seminggu sekali. Itupun bukan curah, tapi kemasan. Dan tiap orang dijatah hanya boleh beli satu liter. Biar semua penjual dapat gitu," jawab Ida.
Agar jualannya tetap berjalan, tiap hari Ida keliling semua toko ritel dan agen minyak goreng. Namun harapannya sering berakhir mengecewakan. Ida pulang, tanpa bisa membawa seliterpun minyak goreng.
"Saya pernah seminggu gak jualan. Semua toko bilang, gak ada barang. Entah bener atau tidak. Daripada tanya-tanya, saya cepetan saya beralih mencari ke toko lainnya," ungkapnya.
Cerita serupa juga dialami Uswatun, warga Kepanjenkidul Kota Blitar. Dia terpaksa libur jual gorengan selama tiga hari. Namun belajar dari para penjual gorengan lainnya, ternyata ada siasat yang harus dipakai agar mendapat minyak goreng di agen atau toko-toko besar.
"Ada yang bilangin... ojo tuku minyak tok, tukuo liyane (Jangan beli minyak saja. Belilah barang lainnya). Ternyata bener. Awalnya saya beli tepung, gula, panili, baru minyak goreng. Tapi penjualnya bilang, kalau belum belanja Rp 100 ribu gak dapat minyak goreng bu," ungkapnya sambil menyebut nama sebuah toko.
Akhirnya Uswatun harus menyiapkan dana lebih untuk belanja. Namun itu tidak dilakukannya tiap hari. Tergantung banyak sedikitnya dagangan gorengan yang terjual pada sore hari. Jika banyak dan laba di atas Rp 150.000, Uswatun baru pergi berbelanja bahan, termasuk minyak goreng untuk berjualan esok harinya.
"Tapi kalau terus-terusan seperti ini ya berat. Wong buat goreng saja masih tolah toleh modalnya," pungkasnya.
(fat/fat)