Kepedulian terhadap kesejahteraan kucing liar di ruang-ruang publik terus digaungkan komunitas pencinta hewan di Surabaya. Melalui program sterilisasi berkelanjutan, Cat Society of Surabaya (CSS) berupaya menekan populasi kucing liar sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan di berbagai sudut kota.
Sejak berdiri pada 2018, CSS konsisten menggelar sterilisasi di terminal, pasar, hingga tempat pembuangan sampah (TPS) sebagai bentuk kepedulian terhadap kesejahteraan hewan dan lingkungan.
Ketua CSS, Yuda (37) menuturkan, komunitas ini lahir dari keinginannya untuk melakukan perubahan dalam mengendalikan populasi kucing liar. Berawal dari sebuah grup Facebook yang hanya beranggotakan tiga hingga lima orang, diskusi-diskusi kecil mulai dilakukan untuk mencari solusi yang tepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2020, CSS membentuk kepengurusan resmi dan memusatkan komunikasi melalui grup WhatsApp yang kini diikuti hampir 100 anggota.
"Jadi waktu itu kita baru menyadari pentingnya steril bagi lingkungan dan cat lovers seperti kita. Karena kan kucing itu kalau beranak bisa banyak dan akhirnya jadi hama kan di lingkungan, di pasar, di tempat-tempat umum. Jadi dari situ kita alhamdulillah kita berangkat ketemu teman-teman yang punya visi serupa. Sampai sekarang ini," kata Yuda kepada detikJatim, Rabu (17/12/25).
Kucing yang tinggal bersama Cat Society Of Surabaya Foto: Yuki Amalia Prasetyo |
Program sterilisasi CSS telah rutin dijalankan selama lima tahun terakhir. Setiap pekan, para pengurus mendatangi lokasi-lokasi umum untuk mencari kucing liar yang menjadi target sterilisasi. Dalam sebulan, CSS rata-rata mampu mensterilkan sekitar 10 ekor kucing liar.
"Ya anggap aja kalau setahun itu, sebulan itu 10, berarti kan setahun sekitar 100-120. Terus udah berjalan 5 tahun. Kita nggak tahu detail mereka, cuma kadang-kadang sebulan kan, kira-kira ada 500-an ekor steril," imbuhnya.
Tak hanya terbatas di Surabaya, program sterilisasi gratis ini juga pernah digelar di sejumlah kota lain. Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya bersama untuk mengendalikan populasi kucing liar sekaligus menyebarkan kesadaran akan pentingnya sterilisasi.
"Kalau pas ada rejeki ya kita pernah bagi-bagi steril 100 lebih ya. 100 ekor lebih gratis untuk umum, dan kita buka di beberapa kota. Di Malang pernah kita kasih juga 100-an. Kita kolaborasi sama komunitasnya yang di sana. Pegiat steril yang juga sama seperti kita visinya. Karena kan banyak cerita ya di tiap kota. Yang kucing-kucing di tempat tertentu. Yang mungkin juga banyak yang disiksa lah," jelasnya.
Komunitas Kuccing Surabaya Foto: Yuki Amalia Prasetyo |
Salah satu pengurus CSS, Jaen (30), menilai masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya sterilisasi kucing. Ia menyebut, sebagian orang justru memilih menggunakan KB sebagai cara mengendalikan populasi.
"Sebenarnya KB tuh fungsinya misalnya untuk menunda, oh aku lagi gak ada duit besok, atau minggu depan, atau bulan depan. Atau menunda jadwal steril mungkin dia dijadwalkan, ini baru boleh di-steril, ini baru bisa di-steril, sebulan lagi itu boleh di-KB dulu. Karena kan sebulan lagi udah pasti di-steril gitu. Itu gak apa-apa. Tapi ya sebaiknya tetap dihindari," jelasnya.
Di balik konsistensinya, program sterilisasi CSS juga menghadapi berbagai tantangan. Yuda dan Jaen mengaku kerap dituduh mencuri kucing saat menjalankan kegiatan di lapangan. Selain itu, ada pula oknum yang memanfaatkan program ini dengan sengaja menaruh kucing peliharaannya di lokasi sasaran agar mendapatkan sterilisasi gratis.
"Jadi selama beberapa tahun ini kan kita belajar. Ada modus-modus yang kita bisa cegah. Jadi pernah juga sterilisasi kucing liar ternyata milik pribadi dia," ujarnya.
Selain sterilisasi, CSS juga rutin menggelar kegiatan lain seperti street feeding dan edukasi kepada masyarakat. Yuda berharap Pemerintah Kota Surabaya dapat menghadirkan program sterilisasi gratis, seperti yang telah dilakukan Dinas Peternakan di Jakarta. Ia juga berharap kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sterilisasi terus meningkat.
"Mereka (masyarakat) lebih aware terhadap steril, ya, intinya kita mencoba mengendalikan kucing liar secara terukur, dan mereka gak mengagap kucing sebagai hama. Kita berusaha ngasih edukasi, kemudahan yang bisa kita kasih, misal bisa dicicil, kalau mau steril kita kasih 1 gratis 1," tutupnya.
(ihc/hil)













































