Perayaan hari Natal di berbagai belahan dunia kerap identik dengan pohon cemara, salju, dan nuansa musim dingin. Namun di India, Natal dirayakan dengan cara yang berbeda.
Di negara beriklim tropis seperti ini, sebagian masyarakat Kristen merayakan Natal dengan menghias pohon mangga sebagai simbol utama perayaan. Pohon mangga menggantikan peran pohon cemara yang lazim digunakan di negara-negara Barat.
Tradisi tersebut tidak hanya mencerminkan penyesuaian terhadap kondisi alam, tetapi juga menunjukkan bagaimana nilai keagamaan dapat beradaptasi dengan budaya lokal. Meski simbol yang digunakan berbeda, makna Natal sebagai perayaan kelahiran, kasih, dan kebersamaan tetap menjadi hal yang dirayakan oleh umat Kristiani di India.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fenomena ini banyak dijumpai di wilayah-wilayah dengan komunitas Kristen yang cukup besar, seperti Goa dan Kerala. Di sana, pohon mangga yang tumbuh di halaman rumah atau lingkungan sekitar dihias dengan ornamen sederhana, menciptakan suasana Natal yang unik dengan kearifan lokal.
Kenapa Pohon Mangga?
Dilansir dari laman indianties, umat Kristen di India kerap memilih pohon mangga atau pohon pisang karena mudah ditemukan dan tumbuh subur di lingkungan sekitar. Nantinya, pohon tersebut akan dihias dengan ornamen khas Natal pada umumnya.
Daun dan pohon mangga juga dianggap suci serta sering digunakan dalam berbagai upacara dan perayaan penting. Karena itu, penggunaannya dalam perayaan hari Natal dipandang sebagai bentuk penghormatan sekaligus doa akan keberkahan.
Dalam konteks Natal, pohon mangga sering dimaknai sebagai harapan agar kehadiran umat Kristiani dapat memberikan "buah" kebaikan, kedamaian, dan manfaat yang manis bagi sesama manusia, layaknya pohon mangga yang berbuah.
Perpaduan Nilai Keagamaan dan Kearifan Lokal pada Perayaan Natal di India
Di India, Natal menjadi momen budaya yang dirayakan dengan cara khas. Keluarga berkumpul, menyiapkan makanan tradisional, dan menghias rumah dengan simbol-simbol yang dekat dengan keseharian mereka.
Selain pohon mangga dan pisang dihias sebagai pohon Natal, mereka juga menyalakan lampu-lampu tanah liat sebagai simbol penyambutan kelahiran Yesus. Tradisi ini serupa dengan perayaan lain di India yang memakai cahaya sebagai lambang harapan dan kesucian.
Sama dengan perayaan Natal pada umumnya, mereka juga ikut membuat kue khas, berbagi hadiah, hingga menghadiri misa tengah malam. Bedanya, semua ini disesuaikan mengikuti kebiasaan lokal mereka.
Menariknya, ibadah Natal sering dilakukan dengan bahasa daerah agar lebih dekat dengan jemaat. Tak hanya itu, lentera bintang dari kertas digantung di rumah dan jalan-jalan. Selain mempercantik suasana, bintang ini juga melambangkan kisah orang Majus yang mengikuti bintang untuk menemukan Yesus.
Perbedaan Perayaan Natal Indonesia dan India
Jika dibandingkan dengan perayaan hari Natal di Indonesia, kira-kira apa saja perbedaannya? Inilah perbedaan yang paling menonjol dari perayaan Natal di Indonesia dan India.
1. Pohon Natal yang Digunakan
Di Indonesia, selain pohon cemara asli maupun sintetis, kreativitas lokal sering ditampilkan melalui pemanfaatan bahan-bahan alam sekitar. Sementara di India, keterbatasan pohon cemara membuat masyarakat secara turun-temurun menghias pohon mangga atau pohon pisang. Daun-daunnya yang lebar dihiasi lampu kecil dan ornamen warna-warni, menciptakan nuansa Natal yang khas dan kontekstual dengan lingkungan tropis.
2. Tradisi Kuliner
Dari sisi kuliner, Natal di Indonesia dipengaruhi perpaduan budaya kolonial dan tradisi lokal. Aneka kue kering seperti nastar dan kastengel menjadi sajian wajib, sementara hidangan utama bervariasi sesuai daerah, mulai dari ayam kodok yang dipengaruhi kuliner Belanda, babi guling di Bali, hingga manuk dabudabu di Manado.
Sementara di India, hidangan Natal identik dengan cita rasa rempah yang kuat. Komunitas Kristen di wilayah seperti Goa dan Kerala menyiapkan kuswar, yaitu kumpulan kue tradisional Natal, serta bebinca atau kue lapis sebagai pencuci mulut khas. Untuk hidangan utama, biryani domba dan kari ayam pedas kerap disajikan sebagai menu perayaan.
3. Dekorasi Rumah dan Lingkungan
Dekorasi rumah dan lingkungan juga mencerminkan karakter budaya masing-masing negara. Di Indonesia, suasana Natal diwarnai dengan lampu-lampu yang menghiasi jalanan kota sampai dekorasi pohon natal yang kerap menjadi spot pengunjung lokal untuk memeriahkan natal.
Sementara itu, di India, dekorasi Natal banyak mengadopsi tradisi cahaya yang mirip dengan perayaan Diwali, seperti lampu bintang besar yang digantung di depan rumah dan lampu minyak kecil atau diya yang diletakkan di atap. Di wilayah India Selatan, ada pula dekorasi lantai berupa rangoli dengan motif Natal turut memperkaya suasana perayaan.
4. Tradisi Unik yang Menonjol
Selain dekorasi dan kuliner, tradisi unik turut mewarnai perayaan Natal di kedua negara. Di Indonesia, tradisi seperti bakar batu di Papua dan marbinda di Sumatera Utara menjadi simbol rasa syukur dan kebersamaan. Tradisi mudik juga masih kuat, di mana masyarakat perantau pulang ke kampung halaman untuk merayakan Natal bersama keluarga.
Di India, perayaan Natal sering diawali dengan berjalan bersama menuju gereja pada malam Natal, mengenakan pakaian tradisional berwarna cerah seperti sari. Di daerah pedesaan, kelompok paduan suara berkeliling desa menyanyikan lagu Natal, dan pemilik rumah biasanya memberikan permen atau uang sebagai bentuk sambutan dan kebersamaan.
Artikel ini ditulis Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(hil/irb)











































