Di antara tumpukan botol plastik dan kardus bekas, Siti Mariam (49) yang akrab disapa Merry berdiri sambil sesekali menoleh ke timbangan. Tangannya sigap mengambil tumpukan kardus dan memastikan setiap sampah sudah dipilah dan ditimbang dengan baik. Sebagai Ketua, ia mendampingi 17 ibu pengurus Bank Sampah Prapen Surabaya.
Para ibu di Bank Sampah itu sibuk dengan perannya masing-masing sejak pagi hari. Sejumlah ibu bertugas di meja registrasi atau pencatatan, beberapa menggelar tikar untuk memilah botol plastik, dan sisanya bertugas di area penimbangan sampah.
Merry melakukan semua peran itu untuk membantu para ibu yang membutuhkan bantuan sejak Bank Sampah Prapen dibuka mulai pukul 08.30 WIB hingga siang hari. Waktu berakhirnya tak pasti menyesuaikan kedatangan nasabah yang silih berganti menyetor sampah ke Balai RW 6 Prapen, Panjang Jiwo, Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah kesibukan itu, ada satu rutinitas yang tak pernah dilewatkan oleh Merry setiap pagi. Ia selalu bangun subuh untuk merawat sang suami yang sedang sakit.
"Saya harus pintar-pintar ngatur waktu, mbak. Karena suami saya di rumah juga lagi sakit stroke. Sudah satu tahun setengah," ujarnya kepada detikJatim, Senin (22/12/2025).
Merry memulai harinya dengan membantu sang suami mengawali hari. Mulai dari berolahraga hingga setia mendorong kursi roda untuk berjalan-jalan pagi. Kondisi suami yang belum bisa berjalan dan berbicara dengan lancar membuat Merry harus ekstra telaten mempersiapkan segala keperluan sebelum meninggalkan rumah.
Ia menceritakan, "Kalau semua sudah saya siapkan, saya pamiti, 'yah saya ada kegiatan dulu ya', suami saya bilang, 'nggih' gitu."
Banyak hal yang dilakukan Merry, baik sebagai istri maupun Ketua Bank Sampah Prapen Sejahtera. Meski begitu, ia tak pernah mengeluh. Justru berkumpul bersama para ibu di Balai RW memulihkan kembali semangatnya.
"Saya seneng, sih mbak. Banyak kegiatan itu membuat saya senang karena ketemu banyak orang. Bisa berdampak bagi lingkungan juga," ujar Merry.
Kebahagiaan yang dibawa oleh Bank Sampah Prapen Sejahtera juga dialami salah satu pengurus, Chusnul Chotimah (44).
Bagi Chusnul, kegiatan ini menjadi penopang ekonomi keluarga. Sebab suaminya yang telah delapan tahun bekerja sebagai pengambil sampah memiliki penghasilan yang terbatas.
"Suami saya kan (bekerja) ambil-ambil sampah, terus dikumpulkan dijual ke pengepul. Gajinya sedikit. Pendapatan jadi agak lebih banyak itu setelah ada bank sampah ini," ceritanya.
Dalam dua minggu sekali, hasil penjualan sampah bisa mencapai Rp800.000 hingga Rp1 juta rupiah. Uang tersebut membantu menambah penghasilan keluarga dan menutup kebutuhan harian.
"Alhamdulillah, sejak ada bank sampah ini jadi bisa menutupi (kekurangan) dan nambah-nambahi penghasilan," syukur Chusnul.
Meski kerap merasa nyeri di kaki karena harus duduk maupun berdiri dalam waktu yang lama saat pemilahan atau penimbangan, Chusnul tetap semangat mengikuti kegiatan. Sama seperti Merry, berkumpul bersama para ibu-ibu saat bertugas di bank sampah memberikan suntikan bahagia baginya.
(auh/dpe)











































