Bulan Rajab menandai dimulainya salah satu fase penting dalam kalender Hijriah yang sarat nilai spiritual. Sebagai bulan yang dimuliakan, Rajab kerap dijadikan momentum untuk meningkatkan kualitas ibadah dan memperbanyak amal saleh sejak hari pertama.
Salah satu waktu yang dianjurkan untuk dihidupkan dengan ibadah adalah malam 1 Rajab. Sejumlah riwayat dari ulama dan sahabat Nabi menunjukkan bahwa malam tersebut termasuk waktu istimewa yang patut diisi dengan doa, zikir, serta munajat kepada Allah SWT.
Amalan Malam 1 Rajab
Dilansir dari laman resmi NU Online, para ulama sepakat bahwa Rajab termasuk bulan mulia (asyhurul hurum) yang memiliki keutamaan tersendiri dibanding bulan-bulan lainnya. Karena kemuliaan itulah, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan kualitas ibadah sejak awal memasuki bulan ini, khususnya pada malam pertama Rajab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keistimewaan bulan Rajab juga ditegaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik. Hadis tersebut dinilai hasan mursal oleh Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar. Rasulullah SAW bersabda:
رَجَبٌ شَهْرُ اللهِ وَشَعَبَانُ شَهْرِيْ وَرَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِيْ
Artinya: Rajab adalah bulannya Allah, Sya'ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulannya umatku. (Jâmi'ul Ahadits, Hadits Nomor 12682)
Hadis ini menunjukkan bahwa Rajab memiliki kedudukan khusus sebagai bulan yang dinisbatkan kepada Allah SWT. Oleh karena itu, para ulama dan salafus shalih memanfaatkan bulan ini sebagai momentum untuk memperbanyak amal kebaikan, termasuk menghidupkan malam pertamanya dengan ibadah.
Teladan Sayyidina Ali dalam Menghidupkan Malam 1 Rajab
Dalam kitab al-Ghun-yah, Syekh Abdul Qadir al-Jilani meriwayatkan sebuah amalan yang dilakukan Sayyidina Ali karramallahu wajhah. Dikisahkan bahwa ia secara khusus mengosongkan dirinya untuk beribadah pada empat malam dalam setahun, salah satunya adalah malam pertama bulan Rajab.
كَانَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يُفَرِّغُ نَفْسَهُ لِلْعِبَادَةِ فِيْ أَرْبَعِ لَيَالٍ فِي السَّنَةِ، وَهِيَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ، وَلَيْلَةُ الْفِطْرِ، وَلَيْلَةُ الْأَضْحَى، وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ. وَكَانَ مِنْ دُعَائِهِ فِيْهَا:
Artinya: Sayyidina Ali radhiyallaahu 'anhu memfokuskan dirinya untuk beribadah dalam empat malam dalam satu tahun, yaitu malam pertama bulan Rajab, malam Idul Fitri, malam Idul Adha, dan malam Nishfu Sya'ban.
Riwayat ini menunjukkan bahwa malam 1 Rajab termasuk waktu yang sangat dianjurkan untuk diisi dengan ibadah, doa, dan munajat kepada Allah SWT. Sayyidina Ali bahkan memiliki doa khusus yang beliau panjatkan pada malam-malam istimewa tersebut.
Doa Sayyidina Ali pada Malam 1 Rajab
Berikut doa yang diriwayatkan dibaca oleh Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu pada malam-malam mulia tersebut.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَصَابِيْحِ الْحِكْمَةِ، وَمَوَالِي النِّعْمَةِ، وَمَعَادِنِ الْعِصْمَةِ، وَاعْصِمْنِيْ بِهِمْ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ، وَلَا تَأْخُذْنِيْ عَلَى غِرَّةٍ، وَلَا عَلَى غَفْلَةٍ، وَلَا تَجْعَلْ عَوَاقِبَ أَمْرِيْ حَسْرَةً وَنَدَامَةً، وَارْضَ عَنِّيْ؛ فَإِنَّ مَغْفِرَتَكَ لِلظَّالِمِيْنَ، وَأَنَا مِنَ الظَّالِمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِيْ مَا لَا يَضُرُّكَ، وَأَعْطِنِيْ مَا لَا يَنْفَعُكَ، فَإِنَّكَ الْوَاسِعَةُ رَحْمَتُهُ، الْبَدِيْعَةُ حِكْمَتُهُ، فَأَعْطِنِي السَّعَةَ وَالدَّعَةَ، وَالْأَمْنَ وَالصِّحَّةَ، وَالشُّكْرَ وَالْمُعَافَاةَ وَالتَّقْوَى، وَأَفْرِغِ الصَّبْرَ وَالصِّدْقَ عَلَيَّ وَعَلَى أَوْلِيَائِكَ، وَأَعْطِنِي الْيُسْرَ، وَلَا تَجْعَلْ مَعَهُ الْعُسْرَ، وَاعْمُمْ بِذٰلِكَ أَهْلِيْ وَوَلَدِيْ وَإِخْوَانِيْ فِيْكَ، وَمَنْ وَلَدَنِيْ، مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
Artinya: Ya Allah, limpahkan rahmat ta'dzim kepada Muhammad dan keluarganya yang menjadi pelita-pelita hikmah, pemilik kenikmatan, sumber perlindungan. Jagalah kami-sebab (keberkahan) mereka-dari keburukan. Dan jangan engkau ambil kami dalam kondisi tertipu, tidak pula dalam keadaan lupa. Jangan jadikan akhir urusan kami sebagai penyesalan. Ridhailah kami. Sesungguhnya ampunan-Mu bagi orang-orang yang zalim, dan aku bagian orang yang zalim itu. Ya Allah, ampunilah aku atas dosa yang tidak pernah bisa membahayakan-Mu, berilah aku sesuatu yang memang tak ada manfaatnya sama sekali untuk-Mu. Sesungguhnya Engkau itu maha luas rahmat-Nya. Hikmahnya yang sangat indah.
Berikan kami kelapangan dan ketenteraman, keamanan dan kesehatan, serta rasa syukur, selamat sentosa dan ketakwaan. Berikan kesabaran dan kejujuran kepada kami dan orang-orang yang Engkau cintai. Berikan kami pula kemudahan yang tidak ada kesulitannya sama sekali. Semoga itu semua juga Engkau berikan bagi keluarga kami, anak kami, saudara-saudara kami seagama. Dan Engkau berikan kepada orang tua yang telah melahirkan kami, dari muslimin muslimat, mu'minin mu'minat.
Doa ini diriwayatkan dalam al-Ghun-yah karya Syekh Abdul Qadir bin Shalih al-Jilani (Dārul Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, 1997, juz 1, halaman 328-329). Doa tersebut mencerminkan permohonan yang sangat lengkap, mencakup keselamatan, ampunan, ketakwaan, hingga kebaikan untuk keluarga dan seluruh kaum muslimin.
Dengan meneladani amalan para sahabat dan ulama, malam 1 Rajab menjadi momentum penting bagi umat Islam untuk memperbaiki diri, mendekatkan hati kepada Allah SWT, serta mempersiapkan spiritual menuju bulan-bulan besar berikutnya, yakni Sya'ban dan Ramadhan.
(auh/irb)











































