Seorang guru SMK di Lamongan terpilih menjadi delegasi Indonesia dalam konferensi internasional bertajuk International Entrepreneurship in the Age of AI. Forum tersebut mempertemukan perwakilan lebih dari 20 negara kawasan Indo-Pasifik dan digelar di Phuket, Thailand, pada 9-10 Desember 2025.
Guru tersebut adalah Muhammad Ali Alfian, pengajar di SMK Negeri 1 Sambeng, Lamongan. Alfian mewakili Indonesia dalam forum yang diselenggarakan oleh World Learning dengan dukungan hibah dari U.S. State Department. Konferensi ini dihadiri akademisi, pendidik, pelaku usaha, pembuat kebijakan, hingga inovator dari kawasan Indo-Pasifik, Amerika Serikat, dan Asia Timur.
Bagi Ali Alfian, keikutsertaannya bukan sekadar perjalanan ke luar negeri. Ia membawa cerita tentang bagaimana pendidikan vokasi di daerah mampu melahirkan inovasi berbasis teknologi. Sehari-hari, Ali mengajar siswa SMK di Sambeng, Lamongan, sambil mendorong murid-muridnya berpikir kreatif dan berani berwirausaha.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini bukan hanya soal teknologi, tapi bagaimana AI bisa digunakan secara kontekstual untuk pendidikan dan kewirausahaan, terutama di daerah," kata Ali Alfian saat berbincang dengan wartawan, Selasa (16/12/2025).
Ali Alfian dikenal sebagai guru inovatif yang menjembatani dunia pendidikan dan kewirausahaan. Selain mengajar, ia juga merupakan Founder dan CEO PT Solar Inovasi Persada, startup teknologi energi yang mengembangkan Solar Helmet, helm bertenaga surya yang lahir dari praktik pembelajaran di kelas. Inovasi itu mengantarnya meraih penghargaan nasional.
Dalam konferensi itu, Ali Alfian tampil sebagai pembicara pada sesi Solutions Sprint: Practical Digital Tools and Case Studies. Ia membagikan pengalaman menjadikan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) sebagai 'rekan berpikir' bagi guru dan pelaku UMKM, mulai dari menyusun rencana bisnis, membaca peluang pasar, hingga merancang strategi pemasaran secara efisien.
"AI hari ini bukan sekadar alat. Bagi guru dan UMKM, AI bisa menjadi katalis lahirnya inovasi dan wirausaha baru, bahkan dari ruang kelas di daerah," katanya.
Kehadiran Ali Alfian dalam forum internasional ini menjadi bukti bahwa inovasi pendidikan tidak hanya lahir dari kota besar. Nama Lamongan ikut bergema dalam diskusi global tentang masa depan pendidikan dan ekonomi berbasis AI.
Konferensi tersebut juga menghasilkan rencana penyusunan white paper sebagai rekomendasi kebijakan kolaborasi Amerika Serikat dan negara-negara Indo-Pasifik dalam pengembangan pendidikan AI dan kewirausahaan.
Sepulang dari Thailand, Ali Alfian berharap jejaring dan gagasan yang ia peroleh dapat diturunkan kembali ke sekolah dan masyarakat. Ia ingin agar dampak forum internasional itu benar-benar dirasakan oleh siswa dan pelaku UMKM di daerah.
"Harapannya, apa yang saya dapat di forum dunia ini bisa kembali ke kelas, ke siswa, dan ke UMKM di Lamongan," pungkasnya.
(auh/dpe)











































