Seorang pelajar di Tulungagung diduga terpapar paham radikalisme dari jaringan internasional. Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KBPPPA) saat ini melakukan upaya pendampingan untuk program deradikalisasi.
Kepala Dinas KBPPA Tulungagung, dr Kasil Rohmat mengatakan, anak yang masih duduk jenjang SD tersebut terpapar dari aktivitasnya media sosial. Yang bersangkutan diketahui sering menunggak persoalan konflik yang terjadi timur tengah.
"Dia senang meng-upload kekerasan sehingga ditangkap (potensi itu) oleh mereka (jaringan terorisme). Diundang lah dia masuk ke grup WhatsApp," kata Kasil, Senin (15/12/2025).
Masuknya paham radikalisme tersebut dapat dengan mudah diterima oleh korban, karena yang bersangkutan pandai berbahasa Inggris dan coding.
Bahkan lanjut Kasil, jumlah grup yang diikuti boleh anak tersebut mencapai lima kelompok. Beruntung kondisi tersebut terdeteksi boleh Densus 88 dan Bandan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), sehingga bisa diambil langkah penanggulangan bersama pemerintah daerah.
"Terkait dengan itu upaya kami bersama BNPT adalah melakukan deradikalisasi. Harapannya jangan sampai yang sudah kontak atau terpapar terorisme ini menjadi ideologi. Sekarang ini belum jadi ideologi pada anak itu," ujarnya.
Menurutnya saat ini perkembangan deradikalisasi tersebut berjalan cukup baik. Pihak keluarga juga proaktif mendukung upaya yang dilakukan oleh pemerintah.
"Alhamdulillah membaik. Sebelum itu orang tua tidak mengetahui jika anaknya terpapar jaringan radikalisme," imbuhnya.
Dokter Kasil enggan menyebut identitas anak itu karena menyangkut perlindungan anak dan menghindari terjadi perundungan dari teman dan orang-orang sekitarnya.
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan terhadap anak-anak, karena perkembangan arus informasi cukup cepat dan dapat menyebar ke berbagai lapisan masyarakat.
"Saat ini orang tua harus perhatian terhadap anaknya terutama penggunakan HP. Harus sering-sering dilihat karena anak itu berselancar di dunia maya bisa berinteraksi dengan siapa saja termasuk kelompok radikal," katanya.
Simak Video "Video: Mendikdasmen Tinjau Pengaruh Game Online terhadap Radikalisme Siswa"
(auh/abq)