PVMBG menetapkan Kabupaten Ponorogo masuk dalam zona kerawanan tinggi longsor dan banjir. Penilaian itu tertuang dalam Executive Summary yang diterima BPBD Ponorogo.
PVMBG menyebut, Jawa Timur memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah sangat tinggi akibat morfologi pegunungan vulkanik, batuan lapuk, dan DAS hulu yang curam. Kondisi ini membuat kawasan selatan dan timur Ponorogo ikut masuk wilayah berisiko.
"Dalam rilis itu, Ponorogo juga termasuk. Kami sudah memetakan bagaimana antisipasinya," ujar Kalaksa BPBD Ponorogo, Masun, Selasa (9/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, wilayah selatan dan timur memiliki struktur tanah karst dan vulkanik tua yang mudah lepas ketika menyerap air. "Itu yang membuat daerah selatan dan timur sangat rawan longsor," tegasnya.
Menurut Masun, daerah rawan longsor di selatan meliputi Slahung dan Ngrayun, sementara di timur berada di Ngebel, Pudak, Pulung, dan Sooko. Longsor disebut sebagai bencana prioritas nomor satu Ponorogo.
"Ingat 2017, longsor Banaran Pulung memakan korban puluhan," katanya.
Ia menambahkan, 60% bencana tahunan di Ponorogo merupakan longsor. BPBD telah mengeluarkan edaran waspada bencana sejak Oktober.
"Sekarang ada kewaspadaan geologi dari PVMBG, kami tindaklanjuti dengan edaran ke camat dan desa," jelasnya.
Masun meminta warga peka terhadap tanda-tanda longsor seperti muncul sumber air baru, retakan tanah, atau suara gemuruh. "Itu harus dikenali agar masyarakat bisa menghindar lebih cepat," tuturnya.
Selain longsor, Ponorogo juga rawan banjir karena berada di aliran DAS Solo. "Terakhir sempat meluap dan membawa material sedimen," ujarnya.
Masun menyebut, curah hujan di atas 50 mm harus diwaspadai, dan risiko semakin tinggi ketika mencapai 100 mm. "Itu bisa memicu banjir bandang," imbuhnya.
BPBD melakukan mitigasi melalui pembentukan Desa Tangguh Bencana serta edukasi sungai di sejumlah kecamatan. "Kami juga lakukan penghijauan di daerah kritis untuk menghambat erosi," pungkasnya.
(auh/hil)











































