Hingga akhir 2025, belum ada pedoman resmi yang secara khusus mengatur pengenalan, klasifikasi, hingga langkah mitigasi arus rip. Padahal arus rip menjadi salah satu penyebab utama tenggelamnya wisatawan di pantai.
Dosen Teknik Lepas Pantai ITS Dr. Ir. Wahyudi Citrosiswoyo, dalam Webinar Usulan Perubahan Peta Kawasan Rawan Bencana, menegaskan bahwa ketiadaan regulasi memperburuk risiko bagi wisatawan.
"Arus rip muncul dari patahan arus, tapi kalau airnya berjalan, itu arus namanya. Gelombang yang datang itu random, acak. Jadi tidak monokromatik, tapi polikromatik, frekuensinya beda-beda. Sehingga tinggi gelombang yang datang ke area pantai, dari alat lepas, itu juga berbeda-beda. Maka gelombang yang pecah itu juga berbeda-beda," paparnya dalam webinar bersama Pusat Studi Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) ITS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih jauh, ia menjelaskan mengapa gelombang dapat pecah di dekat pantai. Proses ini dipicu oleh pendangkalan. Namun, ketika memasuki perairan dangkal, gelombang mengalami hambatan sehingga kecepatannya menurun.
"Gelombang itu energi yang berjalan. Energi itu tidak berkurang, tidak bertambah, tapi tetap. Sehingga flux energi itu konstan di laut dalam maupun di pantai. Oleh karena itu, ada kompensasi tinggi gelombangnya akan meningkat di perairan dangkal. Karena semakin dekat pantai, dia akan semakin tinggi, maka suatu saat dia akan pecah," jelasnya.
Pada titik pecahnya gelombang, terjadi transfer energi yang memicu aliran ke arah pantai. Fenomena ini mirip seperti mekanisme tsunami yang berubah drastis dari gelombang rendah di laut dalam menjadi gelombang sangat tinggi ketika memasuki perairan dangkal.
"Kenapa run up tsunami bisa sampai 10, 15, 20 bahkan 30 meter? Itu karena efek stalling," ujar Wahyudi.
Arus rip terbentuk ketika terjadi perbedaan set-up gelombang sepanjang garis pantai.
"Variasi tinggi gelombang pecah yang berbeda-beda itu akan membentuk gradient set up gelombang. Karena tekanan isturus statiknya beda-beda, maka akan terjadi aliran dari yang set up-nya tinggi ke yang rendah. Itu namanya long shore current," ungkapnya.
Ketika dua arus menyusur pantai itu bertemu dan saling berlawanan arah, arus tersebut membelok ke laut dan membentuk arus rip.
"Maka dia akan berbelok ke arah laut, membentuk arus strip itu," lanjutnya.
Selain dipengaruhi tinggi gelombang, topografi dasar laut juga memainkan peran penting. Kawasan pantai selatan Jawa, misalnya, memiliki karakter teluk (embayment), tanjung, dan headland yang membuatnya sangat rentan.
Ia mengutip studi klasik tahun 1984 yang mengklasifikasikan tipe pantai berdasarkan tinggi gelombang pecah, puncak gelombang, hingga settling velocity sedimen. Dengan parameter tak berdimensi omega, tipe pantai dapat menentukan apakah gelombang dipantulkan (reflective), mengalami peluruhan (dissipative), atau berada di kategori intermediate atau kelas pantai yang paling sering memunculkan arus rip.
"Arus strip cenderung terjadi pada intermediate beach," jelasnya.
Melalui visualisasi, ia menunjukkan bagaimana arus rip dapat dikenali secara kasat mata.
"Reef itu bisa kita identifikasi dengan Google Earth. Warnanya berbeda. Yang putih-putih itu mungui, kemudian yang gelap itu arus balik. Itu reef, arus reef," terangnya.
Ia menekankan bahwa zona yang kelihatannya aman justru sering menjadi tempat korban terseret.
"Kadang-kadang para korban terjebak tiap mandi, berenang di daerah yang tidak ada gelombang, itu justru berbahaya," ujarnya.
Pantai Congot di Yogyakarta menjadi contoh yang ia paparkan. Di sana, struktur pantai yang lurus dan gelombang besar dari Samudra Hindia membuat arus rip mudah terbentuk.
"Yang saya kasih highlight, yang warna merah itu reef," katanya dalam presentasi.
Menurutnya, pemahaman publik terkait arus rip harus segera diiringi dengan payung hukum dan regulasi yang jelas. Tanpa aturan resmi, upaya peringatan dan mitigasi akan sulit diimplementasikan.
"Gimana kalau kita punya komitmen untuk selamatkan nyawa anak-anak kita," ujarnya menutup presentasi dengan ajakan tegas.
(auh/hil)











































