Banjir Rob dan Bandang, Apa yang Harus Kita Tahu?

Banjir Rob dan Bandang, Apa yang Harus Kita Tahu?

Jihan Navira - detikJatim
Jumat, 05 Des 2025 15:15 WIB
Banjir Rob dan Bandang, Apa yang Harus Kita Tahu?
ILUSTRASI BANJIR BANDANG. Foto: Endi/pasangmata.com
Surabaya -

Dua jenis banjir yang sering terjadi di Indonesia adalah banjir rob dan banjir bandang, yang masing-masing memiliki penyebab, karakteristik, dan pola kejadian berbeda. Memahami perbedaan keduanya penting agar masyarakat bisa lebih siap menghadapi risiko dan mengambil langkah antisipasi yang tepat.

Di pesisir, air laut yang naik dapat memicu banjir rob, yang biasanya datang perlahan, namun tetap bisa merendam pemukiman dan jalanan. Sementara itu, banjir bandang mengintai kawasan sungai dan perbukitan, datang tiba-tiba, membawa material besar, dan berpotensi menimbulkan kerusakan parah.

Kebingungan membedakan kedua jenis banjir ini sering membuat peringatan dini kurang tepat sasaran. Dengan pengetahuan yang tepat, masyarakat dapat tetap tenang sekaligus lebih sigap dalam menghadapi risiko bencana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Banjir?

Sebelum membahas banjir rob dan banjir bandang, penting bagi detikers untuk memahami dulu apa itu banjir. Banjir adalah peristiwa ketika air meluap ke wilayah daratan yang biasanya kering. Fenomena ini dapat terjadi akibat curah hujan tinggi, sungai meluap, sistem drainase buruk, atau kombinasi beberapa faktor tersebut.

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu, banjir bisa terjadi secara tiba-tiba maupun bertahap. Kombinasi curah hujan tinggi dengan faktor-faktor pemicu lainnya membuat durasi banjir bisa singkat atau berlangsung cukup lama.

Banjir Rob

Berbeda dengan banjir akibat hujan, banjir rob berasal langsung dari air laut. Rob terjadi ketika air laut naik ke daratan akibat pasang tinggi, sehingga menyebabkan luapan di wilayah pesisir.

Fenomena rob inilah yang menyebabkan banjir rob, saat air laut naik sehingga kawasan pesisir tergenang. Selain itu, banjir rob juga bisa terjadi ketika air laut menahan aliran sungai, sehingga air meluap dan menggenang di daratan.

Banjir rob dipicu perubahan iklim serta fase pasang maksimum, baik pasang biasa maupun akibat badai. Fenomena ini umumnya terjadi secara berkala di kawasan pesisir. Namun, pada beberapa kasus, banjir rob bisa menjadi permanen akibat faktor lingkungan dan perubahan iklim.

Penelitian IDSS berjudul Tidal Flood Prediction in Indonesian Coastal Areas Using Long Short-term Memory for Enhanced Early Warning Systems yang ditulis Agung Mahadi Putra Perdana, menyebut banjir rob dapat diprediksi dan memiliki pola tertentu berdasarkan data pasang surut laut dan faktor lingkungan.

Hal itu diperkuat studi lain yang menegaskan bahwa karakteristik rob seperti tinggi genangan, durasi genangan, dan frekuensi kejadian dapat diukur dan dianalisis untuk mengetahui bahaya wilayah pesisir.

Menurut jurnal Analisis Geospasial Area Genangan Banjir Rob dan Dampaknya pada Penggunaan Lahan Tahun 2020-2025 di Kota Pekalongan, Jawa Tengah yang ditulis Syafrei Adi Iskandar dkk, banjir rob bukan peristiwa sekali-kali.

Di banyak wilayah pesisir, banjir rob bisa terjadi berulang tergantung siklus pasang surut, kondisi muka air laut (pasang), serta faktor lingkungan dan manusia, seperti penurunan muka tanah.

Penyebab

Banjir rob bukan hanya fenomena alam semata, tetapi disebabkan aktivitas manusia. Kombinasi dari faktor alam dan manusia yang tidak berjalan seimbang akan meningkatkan risiko banjir rob. Dilansir dari situs resmi BMKG KMS, berikut penyebab utama banjir rob.

1. Pasang Laut (Tidal Flooding)

Secara alami, banjir rob terjadi akibat kenaikan permukaan air laut akibat pengaruh gravitasi, yang dikenal sebagai pasang laut. Saat pasang mencapai titik tertinggi, terutama ketika bulan purnama atau berada pada jarak terdekat dengan Bumi, air laut dapat meluap ke daratan, khususnya di wilayah pesisir yang rendah.

2. Perubahan Iklim dan Kenaikan Muka Air Laut

Permukaan air laut yang terus meningkat dari tahun ke tahun akibat pemanasan global mencairkan es di kutub, menambah volume air laut. Kondisi ini memperbesar risiko banjir rob, terutama di wilayah pesisir yang padat penduduk dan minim perlindungan alami, seperti hutan mangrove.

3. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence)

Penurunan muka tanah yang terjadi lebih cepat dibandingkan kenaikan permukaan laut turut meningkatkan risiko banjir rob. Kondisi ini banyak dipicu aktivitas manusia, seperti penyedotan air tanah secara berlebihan, yang membuat wilayah pesisir perlahan mengalami penurunan atau "tenggelam".

4. Hilangnya Sabuk Hijau Pesisir (Mangrove dan Vegetasi Pantai)

Hutan mangrove dan vegetasi pesisir berperan penting sebagai penahan alami agar air laut tidak mudah menerobos daratan. Namun, penggundulan mangrove untuk lahan tambak, pemukiman, atau proyek reklamasi membuat pelindung alami dari gelombang dan pasang tinggi tersebut semakin berkurang.

5. Pembangunan di Zona Rawan Rob

Pembangunan permukiman, industri, hingga pelabuhan di dataran rendah yang seharusnya menjadi penyangga alami membuat wilayah tersebut lebih rentan banjir rob. Akibatnya, ketika air laut pasang, tidak ada lagi ruang resapan atau penahan alami, sehingga air mudah masuk dan menggenangi daratan.

6. Reklamasi dan Perubahan Garis Pantai

Jika tidak dirancang dengan baik, reklamasi dapat mengganggu aliran alami air laut dan mempersempit ruang pasang surut. Akibatnya, air yang masuk ke daratan lebih sulit kembali ke laut dan justru memperparah banjir rob.

7. Drainase Pesisir yang Tidak Memadai

Sistem drainase berperan penting untuk menangani kombinasi air hujan, pasang laut, dan intrusi air asin. Jika tidak memadai, air hujan sulit mengalir ke laut karena saluran justru terisi balik oleh air laut saat pasang, sehingga genangan semakin meluas.

Karena itu, diperlukan pengelolaan pesisir yang baik, tata ruang yang adaptif terhadap perubahan iklim, serta konservasi lingkungan agar kawasan pesisir tetap aman, layak huni, dan terhindar dari risiko banjir rob.

Banjir Bandang

Dilansir dari Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, banjir bandang merupakan bencana yang terjadi akibat debit air sungai membesar melampaui kapasitas sungai sehingga terjadi luapan air. Banjir bandang bisa terjadi dalam waktu yang berlangsung sangat cepat atau kurang dari enam jam.

Banjir bandang sangat berbahaya karena menyebabkan kondisi debit air sungai dalam jumlah besar yang mampu menyapu semua yang dilewatinya. Tinggi permukaan gelombang banjir bandang bisa mencapai 3-6 meter dengan membawa debris.

Banjir bandang juga dapat memicu longsor pada lereng dan tebing. Material longsoran tersebut kemudian terbawa arus deras, membentuk aliran debris yang memperparah dampak kerusakan di wilayah yang dilaluinya.

Penyebab

Banjir bandang tidak terjadi begitu saja. Di balik arus deras yang datang secara tiba-tiba, terdapat berbagai faktor pemicu yang saling berkaitan, mulai dari kondisi alam hingga aktivitas manusia di kawasan hulu. Berikut penyebab banjir bandang yang perlu diketahui.

1. Hujan Deras

Hujan dengan intensitas tinggi dapat memicu terjadinya banjir bandang. Curah hujan yang besar di daerah aliran sungai membuat debit air meningkat tajam hingga melampaui kapasitas sungai, sehingga air meluap secara tiba-tiba.

Besarnya debit dan derasnya arus menyebabkan banjir bandang mampu mengangkut batu, lumpur hasil erosi tebing, sedimen dari dasar sungai, hingga batang pepohonan yang tercabut, lalu menyapu apapun yang dilaluinya, termasuk permukiman warga.

2. Tanggul Jebol

Hujan deras memang faktor alam, tetapi jika tidak diantisipasi dengan infrastruktur yang memadai, kondisi ini bisa berubah menjadi bencana. Rusak atau jebolnya tanggul penahan sungai menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir bandang, karena air yang seharusnya tertahan justru lepas dan mengalir deras.

3. Kurangnya Daerah Resapan

Wilayah dengan minim daerah resapan memiliki risiko tinggi mengalami banjir bandang. Kondisi ini semakin berbahaya jika tanggul yang ada tidak memadai untuk menampung debit air dari curah hujan tinggi. Tanpa daerah resapan, air dalam jumlah besar akan mengalir deras dan memicu terjadinya banjir bandang.

Potensi Banjir Rob di Pesisir Surabaya

BMKG Tanjung Perak memperkirakan potensi banjir rob di wilayah pesisir Surabaya. BPBD Surabaya mengimbau masyarakat di Surabaya Barat dan Surabaya Timur, khususnya yang tinggal di kawasan pesisir, untuk meningkatkan kewaspadaan hingga 9 Desember 2025.

Diperkirakan, pasang air laut maksimum pada periode 5-9 Desember 2025 terjadi pukul 21.00-00.00. Masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi pasang surut air laut dan potensi banjir rob melalui media resmi.

Selain itu, memastikan kebersihan saluran air, serta melaporkan jika terdapat tanggul yang rusak. Jika terjadi air pasang, warga diminta segera mengevakuasi diri ke tempat aman. Untuk bantuan darurat, masyarakat dapat menghubungi 112 atau melalui WhatsApp di nomor 081-131-112-112.




(hil/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads