Melihat Komunitas Inklusif Jatim di Hari Disabilitas Internasional 2025

Melihat Komunitas Inklusif Jatim di Hari Disabilitas Internasional 2025

Eka Fitria Lusiana - detikJatim
Rabu, 03 Des 2025 08:00 WIB
Melihat Komunitas Inklusif Jatim di Hari Disabilitas Internasional 2025
HARI PENYANDANG DISABILITAS INTERNASIONAL. Foto: Freepik
Surabaya -

3 Desember menjadi momentum penting peringatan Hari Penyandang Disabilitas Internasional. Peringatan ini tidak hanya sekedar seremonial, tetapi juga menjadi ruang refleksi tentang bagaimana inklusivitas diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari akses informasi, pendidikan, hingga kesempatan kerja.

Di balik peringatan itu, komunitas-komunitas penyandang disabilitas, tepatnya di wilayah Jawa Timur menjadi motor penggerak bagi perubahan. Komunitas itu dibentuk sebagai ruang aman untuk belajar, berkembang, dan memperjuangkan hak yang setara.

Komunitas Penyandang Disabilitas di Jawa Timur

Di Jawa Timur, terdapat beberapa komunitas inklusif bagi penyandang disabilitas. Komunitas ini berfungsi sebagai wadah bagi individu penyandang disabilitas, sekaligus untuk membangun dukungan sosial. Berikut komunitas penyandang disabilitas di Jawa Timur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Komunitas Mata Hati

Komunitas Mata Hati (KMH) hadir sejak tahun 2000-an. Komunitas ini dibentuk sekelompok anak muda, terdiri dari penyandang disabilitas dan non-disabilitas, dengan nama awal Bright Eyes.

Namun, pada 2008-an, komunitas ini resmi berganti nama menjadi Komunitas Mata Hati agar lebih mencerminkan filosofi, "mata yang paling tajam bukanlah yang ada di wajah, tetapi yang ada di dalam hati".

ADVERTISEMENT

Sejak berdiri, KMH fokus pada kegiatan sosial, seni (terutama musik), dan menjadi wadah peduli sesama dengan visi untuk membangun rasa empati di masyarakat. Hingga kini, komunitas ini masih terus memberdayakan disabilitas di Kota Pahlawan.

Komunitas Mata HatiKomunitas Mata Hati. Foto: Istimewa

2. Omah Difabel

Omah Difabel berdiri sejak 2015 sebagai program ekonomi kreatif Lingkar Sosial Indonesia (Linksos) sejak 2015. Tujuan pendiriannya untuk memberikan pelatihan, pembiayaan, dan pendampingan wirausaha bagi penyandang disabilitas.

Sebelumnya, komunitas ini bernama Pokja Difabel. Namun, pada masa pandemi tahun 2020, berganti menjadi Omah Difabel sebagai tempat perlindungan penyandang disabilitas dan masyarakat sekitar.

Komunitas Omah Difabel memiliki berbagai program meliputi pembuatan keset, batik tulis, batik ciprat, batik cap, dan handycraft dompet dari kain perca, kopi bubuk, serta produk lainnya.

3. Kelompok Inklusif Disabilitas

Kelompok Inklusif Disabilitas (KID) berdiri sejak 1 Desember 2022 bertepatan dengan momen Hari Disabilitas Internasional. Berdirinya komunitas ini sekaligus mempelopori pengembangan Posyandu Disabilitas di Kota Malang.

KID merupakan lembaga masyarakat desa yang bertujuan memberdayakan penyandang disabilitas secara inklusif. Komunitas ini beranggotakan penyandang disabilitas, perangkat desa/kelurahan, serta relawan dari masyarakat. Komunitas ini bekerja sama dengan Kelurahan Polehan dan Linksos.

4. Lingkar Sosial Indonesia

Lingkar Sosial Indonesia (Linksos) berdiri sejak 2014, berlokasi di Malang. Tujuan didirikannya komunitas ini untuk melindungi hak penyandang disabilitas serta meningkatkan kesadaran inklusi. Komunitas ini menaungi komunitas lain seperti Omah Difabel, Posyandu Disabilitas, Difabel Pecinta Alam (Difpala), dan Sako Inklusi.

5. Difabel Pecinta Alam (Difpala)

Komunitas ini berdiri sejak tahun 2020 sewaktu pandemi. Difpala menjadi kelompok disabilitas pendaki gunung pertama di Indonesia. Pendirian kelompok ini diinisiasi Ken Kerta dan Widi Sugiarta yang diawali dengan kegiatan jalan sehat, yakni Longmarch Difabel pada Juli 2020.

Barulah kemudian terbentuk Timsus Pendaki Difabel pada Oktober 2020, yang kemudian bertransformasi menjadi Difpala di bulan Desember 2020. Berdirinya komunitas ini mengusung dua tujuan utama, yaitu pertama mencetak pribadi yang tangguh, terampil, berkarakter, serta berwawasan lingkungan.

Kedua, kelompok ini menjadi bagian pelestari alam. Harapan dengan adanya komunitas ini adalah terciptanya ekosistem sosial dan lingkungan inklusif serta terpenuh hak-hak bagi penyandang disabilitas.

Sejarah Peringatan Hari Penyandang Disabilitas

Peringatan Hari Penyandang Disabilitas berawal dari komitmen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam memperjuangkan kesetaraan hak dan martabat manusia bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas.

Melansir dari situs resmi United Nations, upaya ini sebenarnya telah dimulai sejak 1981, ketika PBB menetapkan tahun tersebut sebagai International Year of Disabled Persons. Langkah ini menjadi tonggak awal pengakuan internasional atas pentingnya peran dan hak penyandang disabilitas dalam kehidupan bermasyarakat.

Selanjutnya, pada 3 Desember 1982, PBB mengesahkan World Programme of Action Concerning Disabled Persons dan menetapkan periode 1983-1992 sebagai United Nations Decade of Disabled Persons, dengan tujuan mempercepat implementasi kebijakan yang inklusif di berbagai negara.

Seiring berakhirnya dekade tersebut, Majelis Umum PBB melalui resolusi 47/3 secara resmi menetapkan tanggal 3 Desember sebagai International Day of Disabled Persons pada tahun 1992.

Ketetapan ini menjadi landasan kuat bagi upaya global dalam memajukan hak, kesejahteraan, dan partisipasi penuh penyandang disabilitas di semua lini kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi, maupun budaya.

Peringatan ini juga bertujuan meningkatkan kesadaran dunia terhadap berbagai tantangan yang masih dihadapi penyandang disabilitas dalam mengakses pendidikan, pekerjaan, layanan kesehatan, ruang publik, serta teknologi.

Seiring waktu, istilah peringatan ini pun diperbarui menjadi International Day of Persons with Disabilities untuk menegaskan pendekatan yang lebih berfokus pada manusia sebagai individu, bukan pada keterbatasannya.

Tema Peringatan Hari Penyandang Disabilitas 2025

Melansir dari detikedu, peringatan Hari Penyandang Disabilitas Internasional pada 3 Desember 2025. Sebagaimana dikutip dari ECOSOC PBB, tema peringatan tahun ini adalah "Membina masyarakat yang inklusif disabilitas untuk memajukan kemajuan sosial."

Tema ini selaras dengan Asta Cita keempat Prabowo Subianto, yakni "Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas".

Misi tersebut mendapat dukungan penuh berbagai pihak, terutama dalam memperkuat sumber daya manusia (SDM) penyandang disabilitas. Untuk itu, perlu kolaborasi antara pemerintah daerah dan masyarakat untuk mendukung ekosistem pendidikan inklusif.

Kegiatan untuk Memperingati Hari Penyandang Disabilitas

  • Menggelar pameran karya untuk menunjukkan karya seni dari seniman penyandang disabilitas, sekaligus memberi apresiasi kepada mereka.
  • Menggelar sosialisasi dan edukasi. Acara ini penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu penyandang disabilitas.
  • Menggelar penggalangan dana untuk mendukung komunitas disabilitas.

Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kemendikdasmen Ungkap 6 Tantangan Pendidikan untuk Disabilitas di RI"
[Gambas:Video 20detik]
(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads