Setiap tanggal 3 Desember, Indonesia memperingati Hari Bakti Pekerjaan Umum (Hari Bakti PU). Peringatan ini bukan hanya seremonial tahunan bagi para pegawai di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, melainkan momen mengenang jasa pahlawan yang gugur dalam mempertahankan aset negara pada awal kemerdekaan.
Sejarah panjang penetapan Hari Bakti PU dilatarbelakangi sebuah peristiwa heroik di Bandung, Jawa Barat, yang terjadi tak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Lalu, bagaimana sejarah penetapan Hari Bakti PU? Yuk, simak penjelasan artikel di bawah ini detikers!
Sejarah Hari Bakti Pekerjaan Umum
Mengutip penjelasan dari website Kementerian Pekerjaan Umum, sejarah Hari Bakti PU berawal dari perjuangan mempertahankan aset strategis bangsa dari upaya perebutan kembali oleh Sekutu (NICA) di Bandung.
Pada 24 November 1945, di bagian utara Kota Bandung, meletus pertempuran. Saat itu, Gedung Sate dipertahankan oleh Gerakan Pemuda PU yang diperkuat satu Pasukan Badan Perjuangan, terdiri dari kurang lebih 40 orang dengan persenjataan yang cukup lengkap.
Namun, bantuan dari Pasukan Badan Perjuangan tidak berlangsung lama. Pada 29 November 1945, pasukan tersebut ditarik dari Markas Pertahanan Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum
Pada 3 Desember 1945, tepat pukul 01.00 dini hari, kantor Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum di Jalan Diponegoro 22 Bandung, yang dikenal sebagai Gedung Sate, hanya dipertahankan oleh 21 orang.
Tiba-tiba, pasukan tentara Sekutu/Belanda menyerbu dengan persenjataan berat dan modern. Meski demikian, para petugas tetap mempertahankan Gedung Sate dan tidak menyerah begitu saja. Perlawanan mati-matian pun dilakukan untuk mempertahankan kantor tersebut.
Pertempuran dahsyat itu menjadi tidak seimbang karena Gedung Sate dikepung rapat dan diserang dari berbagai penjuru. Pertempuran baru berakhir pada pukul 14.00. Dalam peristiwa itu, tujuh orang dinyatakan hilang, satu orang luka berat, dan beberapa lainnya mengalami luka ringan.
Setelah dilakukan penyelidikan, diketahui bahwa pemuda yang hilang tersebut, di antaranya bernama Didi Hardianto Kamarga, Muchtaruddin, Soehodo, Rio Soesilo, Soebengat, Ranu, dan Soerjono.
Awalnya belum diketahui keberadaan jenazah ketujuh pemuda tersebut. Namun, pada Agustus 1952, beberapa mantan kawan seperjuangan mereka melakukan pencarian di sekitar Gedung Sate.
Hasilnya, hanya ditemukan empat jenazah yang telah berupa kerangka. Keempat kerangka tersebut kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung. Sebagai penghargaan atas jasa tiga orang lainnya yang kerangkanya belum ditemukan, dibuatkan dua tanda peringatan
Satu tanda dipasang di dalam Gedung Sate, sedangkan yang lainnya berupa batu alam besar bertuliskan nama-nama ketujuh orang tersebut, yang ditempatkan di halaman belakang Gedung Sate. Tujuh pahlawan ini kemudian dikenal dengan sebutan Sapta Taruna (Tujuh Ksatria Muda).
Pada 3 Desember 1951, Menteri Pekerjaan Umum saat itu, Ir Ukar Bratakusuma, menetapkan ketujuh pemuda tersebut sebagai "Pemuda yang Berjasa". Tanda penghargaan itu pun disampaikan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Menjelang genap satu dwi windu peristiwa 3 Desember 1945, tepatnya pada 2 Desember 1961, Menteri pertama Pekerjaan Umum, Ir Djuanda, memberikan "Pernyataan Penghargaan" tertulis kepada para pemuda yang gugur dalam mempertahankan gedung pertama Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
Makna Peringatan Hari Bakti PU
Peringatan Hari Bakti PU menjadi momentum penting bagi seluruh insan PUPR untuk mengenang perjuangan para pahlawan yang telah. Lebih dari sekadar seremoni tahunan, Hari Bakti PU juga menjadi pengingat akan nilai keberanian, pengorbanan, dan tanggung jawab yang menyertai setiap tugas pembangunan.
- Menghormati jasa ketujuh pahlawan Sapta Taruna yang menunjukkan semangat patriotisme luar biasa di awal kemerdekaan.
- Menegaskan kembali semangat Bakti Pekerjaan Umum dalam melanjutkan pembangunan infrastruktur yang adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
- Memaknai pembangunan infrastruktur bukan hanya sekadar membangun fisik, tetapi membangun peradaban dan konektivitas yang mempersatukan bangsa, sesuai dengan semangat perjuangan para pendahulu.
Melalui Hari Bakti PU, Kementerian PUPR dan seluruh masyarakat diingatkan bahwa setiap jembatan, jalan, dan bendungan yang dibangun adalah hasil dari komitmen dan pengorbanan yang berakar dari sejarah bangsa.
Artikel ini ditulis Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
Simak Video "Video: Anggaran Kementerian PU Tahun 2025 Dipangkas Rp 81,38 T Sisa Cuma Rp 29,57 T"
(auh/irb)