Temuan kasus HIV/AIDS di Tulungagung hingga kini mencapai 4.350 orang. Dari jumlah itu, kelompok usia produktif paling mendominasi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung, Desi Lusiana Wardhani mengatakan, ribuan kasus tersebut merupakan angka komulatif hasil skrining dan penandatanganan yang dilakukan sejak 2006-2025.
"Angka 4.350 itu dari 2006, sedangkan temuan baru di tahun 2025 hinga September mencapai 359 kasus, tahun lalu 395 kasus. Jadi rata-rata per tahun ya 350-400 kasus," kata Desi, Senin (1/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, rentang usia produktif menjadi penyumbang tertinggi kasus HIV, terutama kelompok usia 25-49 tahun. Tak hanya itu, kasus HIV juga mulai menyebar di kalangan usia remaja.
"Hingga tahun ini untuk usia remaja tercatat 524 orang. Hal ini yang membuat kami terus memperkuat edukasi, skrining, dan pendampingan terhadap kelompok-kelompok rentan tersebut," ujarnya.
Pada tren tahunan, penemuan kasus baru sempat mengalami lonjakan pada 2018 dengan 390 kasus, kemudian turun pada 2020-2022, dan kembali meningkat di 2024 dengan 395 kasus. Adapun hingga September 2025, sudah tercatat 359 kasus baru.
Positivity rate HIV di Tulungagung juga menunjukkan tren menurun. Dari angka 3,10 persen pada 2018, kini turun menjadi 1,01 persen per September 2025 meski jumlah tes meningkat signifikan.
"Hal ini menunjukkan kesadaran tes semakin tinggi dan skrining makin luas," imbuhnya.
Dinkes Tulungagung mencatat, 3.954 Odha telah memulai terapi obat Antiretroviral (ARV) dari total 4.350 yang ditemukan. Namun, masih terdapat tantangan, seperti 230 pasien yang gagal follow-up atau tidak melanjutkan pengobatan dan 1.113 pasien yang tidak aktif lebih dari 24 bulan. Dijelaskan, faktor mobilitas kerja, minim dukungan keluarga, dan rasa takut diskriminasi sebagai penyebab terbanyak.
"Ini yang menjadi PR besar kami, ketika tidak melanjutkan pengobatan, maka perkembangan virusnya begitu cepat dan risiko penularannya semakin tinggi jika tidak terjadi perilaku," jelasnya.
Dinkes Tulungagung menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor, peningkatan layanan ramah, serta edukasi berkelanjutan sebagai kunci menekan penularan HIV di daerah.
(auh/hil)











































