Ratusan aktivis menggelar aksi simpatik simpang TT Tulungagung untuk memperingati Hari AIDS sedunia. Mereka membagikan bunga hingga menyerukan anti diskriminasi.
Aksi yang diikuti oleh kelompok peduli AIDS hingga mahasiswa diawali dengan jalan kaki dari Dekopinda Tulungagung mengelilingi alun-alun. Sambil membentangkan spanduk, peserta aksi menyerukan untuk tidak melakukan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (Odha).
Aksi dilanjutkan dengan membagikan bunga dan brosur sosialisasi tentang HIV/AIDS kepada para pengguna jalan yang melintas di simpang TT Tulungagung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peringatan Hari AIDS Sedunia di Tulungagung Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim |
"Kita harus konsisten dalam memperingatkan masyarakat. Jadi ini bukan seremonial yang hura-hura, tapi kami terus mengingatkan proses kesadaran bagaimana yang berisiko itu untuk tes HIV/AIDS," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Tulungagung, Ifada Nur Rohmania, Senin (1/12/2025).
Pihaknya juga menyerukan seluruh masyarakat agar tidak memberikan stigma negatif terhadap masyarakat yang telah dinyatakan positif HIV/AIDS. Odha memiliki hak yang sama untuk hidup secara layak dan bebas stigma. Upaya penanggulangan penyakit tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat.
"Kita harus membangun kesadaran bersama terkait HIV/AIDS ini. Harapan kami yang sudah positif untuk aktif berobat dan mengubah perilaku agar HIV tidak meluas," jelasnya.
Sementara itu Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung, Desi Lusiana Wardhani mengatakan, pemerintah terus berupaya melakukan skrining terhadap masyarakat yang berisiko terjangkit HIV/AIDS. Harapannya agar proses penanggulangan bisa lebih maksimal.
"Saat ini kami terus berupaya menemukan kasus baru. Ketika kasus itu ditemukan segera diobati dan segera menghentikan rantai penularannya," kata Desi.
Menurutnya jangkauan penanggulangan saat ini semakin diperluas, tidak hanya kelompok rentan seperti Pekerja Seks Komersial (PSK), namun juga menyasar kelompok remaja dan ibu rumah tangga.
"Kalau 10 tahun lalu fokusnya menang PSK, pecandu Napza dan lain-lain. Kami sudah bergeser ke usia remaja, bukannya suudzan, tapi kami berupaya memberikan pendidikan sedini mungkin," ujarnya.
Terkait dengan jumlah temuan baru kasus HIV/AIDS di Tulungagung, Desi menyebut dalam setahun berkisar antara 350-400 kasus. Dari temuan itu 20 persen di antaranya berusia remaja.
"Jadi kasus untuk remaja ini setiap tahun terus meningkat," imbuhnya.
Desi menjelaskan, dari ratusan kasus yang baru ditemukan tersebut paling tinggi adalah wiraswasta, sedangkan nomor dua ibu rumah tangga.
"Ini yang membuat kami prihatin, kalau dulu nomor dua biasanya PSK, sekarang justru ibu rumah tangga. Ya ini kaitannya dengan perilaku pasangan," ujarnya.
(abq/hil)












































