Kemunculan Rafflesia hasseltii di Sijunjung, Sumatera Barat yang sempat viral kembali memantik perhatian publik terhadap keberadaan tanaman langka endemik Indonesia. Momen ini sekaligus membuka diskusi mengenai kondisi habitat alami serta urgensi eksplorasi ilmiah terhadap tanaman parasit tersebut.
Pakar Botani Universitas Airlangga (Unair), Prof Hery Purnobasuki MSi PhD menjelaskan, Rafflesia merupakan tanaman parasit murni yang sepenuhnya bergantung pada inang.
"Bunga atau tanaman Rafflesia ini merupakan tanaman parasit yang menumpang pada tanaman lain. Dan Indonesia memiliki iklim yang sangat cocok bagi pertumbuhannya," ujarnya dalam keterangan yang diterima detikJatim, Minggu (30/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal Usul dan Karakter Parasit Rafflesia
Prof Hery menerangkan, Rafflesia hanya dapat tumbuh pada jenis tanaman merambat tertentu. Sebagai parasit, tanaman ini tidak memiliki organ daun maupun kemampuan fotosintesis, sehingga seluruh nutrisinya diserap dari jaringan tumbuhan inang.
Lingkungan hidupnya pun sangat spesifik.
"Ia hanya dapat bertahan pada kawasan yang minim polusi dan tidak banyak tersentuh aktivitas manusia. Karena itu, bunga ini sangat jarang terlihat oleh masyarakat umum," jelas Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Berkelanjutan (LPMB) Unair itu.
Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 13-14 spesies Rafflesia, meski publik lebih familiar dengan Rafflesia arnoldii. Menurut Prof Hery, peluang menemukan spesies baru masih sangat besar jika eksplorasi dilakukan secara serius.
Reproduksi Rafflesia
Merespons pemberitaan yang menyebut kemunculan Rafflesia hasseltii sebagai penemuan baru, Prof Hery meluruskan persepsi tersebut.
"Secara morfologi, pengamat dapat mengenali kuncup Rafflesia sejak awal. Warga memberi informasi, kemudian praktisi memantau hingga bunganya mekar. Jadi bukan ditemukan tiba-tiba," tegasnya.
Meski demikian, proses reproduksi dan penyebaran embrio Rafflesia masih menyimpan banyak misteri. Mekanisme penyebarannya belum dapat dipastikan, meskipun diduga melibatkan perantara.
"Bunga jantan dan betina Rafflesia terpisah. Untuk terjadi pembuahan, pasti ada perantara. Namun bagaimana embrio masuk ke jaringan inangnya masih menjadi misteri besar," ungkapnya.
Pentingnya Eksplorasi dan Ancaman Alih Lahan
Sebagai negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Brazil, Indonesia memiliki potensi besar menemukan lebih banyak spesies endemik. Namun alih fungsi lahan terus mengancam habitat tanaman langka seperti Rafflesia.
"Kalau ini dianggap kekayaan, maka harus dipertahankan, bukan sekadar diumumkan. Perlu keterlibatan banyak pihak untuk melindungi habitatnya," tegas Dosen Fakultas Sains dan Teknologi (FST) itu.
Ia menambahkan pentingnya pengembangan teknik kultur Rafflesia. Jika berhasil diperbanyak, tanaman tersebut dapat dikembalikan ke habitat alaminya sebagai upaya pelestarian. Penemuan spesies baru juga membuka peluang bagi ilmuwan Indonesia untuk tercatat dalam nomenklatur ilmiah.











































