Melirik Pohon Lokal Jawa Timur, Cocok Ditanam Sepanjang Tahun!

Melirik Pohon Lokal Jawa Timur, Cocok Ditanam Sepanjang Tahun!

Jihan Navira - detikJatim
Jumat, 28 Nov 2025 03:00 WIB
Karsum, petani mete, mengumpulkan jambu mete di kebunnya di Wawonii Timur Laut, Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara.
KEBUN JAMBU METE. Foto: Rafida Fauzia
Surabaya -

Mengulik Jawa Timur tidak akan ada habisnya. Tak hanya seputar budaya, kuliner, dan tempat wisata. Kondisi tanah yang subur, curah hujan yang stabil, hingga variasi ketinggian dari pesisir sampai pegunungan menjadikan wilayah ini ideal untuk ditanami berbagai jenis pohon lokal yang bisa tumbuh hampir sepanjang tahun.

Sejumlah pohon lokal masih menjadi favorit masyarakat karena perawatan yang mudah dan tahan terhadap perubahan cuaca. Pohon lokal dikenal memiliki daya adaptasi tinggi, sehingga bisa tumbuh di berbagai kondisi iklim, mulai dari dataran pesisir, kawasan perkotaan, hingga daerah pegunungan.

Di tengah meningkatnya minat masyarakat terhadap penghijauan dan tanaman produktif, pohon-pohon lokal kembali dilirik. Keunggulannya adalah perawatan yang relatif mudah dan kemampuan adaptasi di berbagai kondisi cuaca, baik musim hujan maupun kemarau panjang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jenis Tanaman Khas Jawa Timur

Karakter tanah yang berbeda-beda di setiap wilayah menghadirkan cita rasa unik pada buah yang dihasilkannya. Berikut beberapa pohon lokal khas Jawa Timur yang cocok ditanam sepanjang tahun dan bisa ditanam di rumah!

ADVERTISEMENT

1. Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)

Jambu mete awalnya berasal dari Brasil dan telah menyebar ke India, Sri Lanka, serta Asia Tenggara. Tanaman ini banyak ditemukan di daerah pantai utara bagian timur dan Madura karena sifatnya yang tahan panas, dan cocok untuk dibudidayakan di daerah dengan curah hujan rendah.

Uniknya, tanaman jambu mete dapat tumbuh baik tidak hanya di dataran rendah, tetapi di dataran tinggi sekitar 1.200 mdpl, dengan suhu ideal sekitar 15-35 derajat celcius. Jambu mete ini memiliki curah hujan sekitar 1500-2000 mm/tahun dan memiliki kelembapan udara 60-80%.

Jenis tanah yang baik untuk menanam jambu mete adalah jenis tanah berpasir, lempung berpasir, dan ringan berpasir dengan pH atau derajat keasaman tanah sekitar 5,5 - 7,3.

Selain itu, tanaman ini memiliki banyak manfaat, mulai dari tangkai buahnya yang dapat dimakan segar, diolah menjadi jus, rujak, atau minuman lainnya. Biasanya, daun jambu mete juga dimanfaatkan sebagai lalapan atau pendamping makanan.

Tak sampai situ, getah tanaman ini bisa diolah menjadi lem kayu, sedangkan kulitnya bisa dijadikan pakan ternak dan sumber minyak CSNL (Cashew Shell Liquid). Tak lupa, olahan biji jambu mete paling digemari.

Apalagi mete memiliki rasanya yang enak gurih serta mengandung 21% protein dan 35-45% minyak. Dengan karakteristik tersebut, jambu mete menjadi pilihan petani di daerah panas yang kesulitan menanam buah lain.

Karsum, petani mete, mengumpulkan jambu mete di kebunnya di Wawonii Timur Laut, Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara.ILUSTRASI POHON JAMBU METE. Foto: Rafida Fauzia

2. Kedondong (Spondias dulcis Soland ex Park)

Kedondong menjadi salah satu pohon buah lokal yang paling mudah dijumpai di Jawa Timur. Tanaman ini membutuhkan banyak cahaya matahari dengan kelembapan udara sekitar 14% atau sekitar 30 celsius.

Kedondong dapat tumbuh subur di berbagai kondisi lahan, terutama di dataran rendah sehingga dapat dijumpai hampir di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. Tanaman ini mampu tumbuh dengan baik pada ketinggian 5-700 meter di atas permukaan air laut.

Kemampuannya yang adaptif dan tahan terhadap kekeringan meski curah hujan sedang turun atau saat memasuki musim kemarau panjang, menjadikannya pilihan yang cocok untuk ditanam sepanjang tahun.

Selain itu, tanaman ini memang membutuhkan banyak cahaya matahari dengan kelembapan udara sekitar 14% atau sekitar 30 celcius. Buahnya memiliki tekstur yang renyah dan rasa asamnya yang khas.

Setiap 110 gram buah kedondong mengandung 60-85% air, 0,5-0,8 gram protein, 0,3-1,8 gram lemak, 8-10 gram karbohidrat, 0,85-3,6 gram serat, serta kaya akan vitamin C dan zat besi. Maka dari itu, tak heran jika warga lokal sangat akrab dengan buahnya sebagai bahan rujak, pelengkap sambal hingga manisan.

Ilustrasi buah kedondongILUSTRASI BUAH KEDONDONG. Foto: Getty Images/iStockphoto/JOKO SL

3. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)

Belimbing wuluh merupakan salah satu jenis tanaman tropis yang dapat berbuah sepanjang tahun. Umumnya, tanaman ini ditemukan di daerah yang terkena sinar matahari langsung, namun tetap harus memiliki kelembapan yang cukup.

Tanaman ini tak jarang ditemui di pekarangan rumah. Selain karena batangnya yang tidak terlalu besar dan relatif pendek, belimbing wuluh memiliki banyak manfaat dan cocok dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.

Daging buahnya yang sangat berair dan memiliki rasa asam yang kuat membuat masakan rumahan semakin segar. Selain digunakan untuk kuliner, belimbing wuluh juga memiliki berbagai manfaat kesehatan.

Bagi warga lokal, buahnya dapat digunakan sebagai obat batuk, pengobatan penyakit kulit, mengatasi kolesterol, asam urat, meredakan jerawat, sariawan, hingga untuk obat diabetes melitus.

Kandungan senyawa aktif seperti fenolik, steroid saponin, dan triterpen saponin yang bersifat antibakteri, bunganya berpotensi digunakan sebagai obat demam tifoid. Sedangkan, ekstrak etanol dari kulit batangnya memiliki aktivitas antibakteri yang efektif melawan bakteri penyebab infeksi pernapasan.

Belum sampai situ, daun belimbingwuluh juga bermanfaat sebagai penyaring alami karbon dioksida (CO), sehingga mampu mengurangi efek gas rumah kaca yang paling dominan menjadi faktor pemanasan global.

Averrhoa bilimbi a.k.a. Kamias/Cucumber tree/Bilimbi; edible and medicinal fruit of South East AsiaILUSTRASI BLIMBING WULUH. Foto: iStock

4. Lontar atau Siwalan (Borassus flabellifer)

Salah satu tanaman dengan buah yang jarang terdengar ini memiliki cita rasa unik yang mencerminkan karakteristik dan iklim Jawa Timur. Pohon lontar menjadi salah satu tanaman lokal yang paling mudah ditemukan di kawasan kering, wilayah utara Jawa Timur, seperti Tuban, Lamongan, Gresik, Pasuruan, Situbondo, dan Madura.

Tanaman ini dapat tumbuh optimal di dataran rendah beriklim kering. Kemampuannya bertahan hidup dipengaruhi struktur batang yang mampu menyimpan air dalam jumlah besar, sehingga pohon tetap segar meski menghadapi tekanan suhu tinggi atau tanah yang kekurangan pasokan air.

Pada musim hujan, lontar memasuki fase berbunga. Hujan menjadi sumber utama air yang dibutuhkan untuk proses produksi, pertumbuhan, dan regenerasi, membuat periode tersebut menjadi saat paling aktif bagi siklus hidup tanaman lontar.

Kemampuannya beradaptasi juga dikarenakan akar lontar mampu menembus jauh ke lapisan tanah yang lebih lembap, sehingga pohon bisa menyerap air yang tidak lagi dapat dijangkau tanaman lain.

Di sisi lain, pada kondisi kekeringan ekstrem, lontar memiliki kemampuan untuk mengurangi kebutuhan air, sehingga tetap bertahan hingga musim hujan berikutnya. Dengan daya adaptasi yang kuat dan kebutuhan perawatan yang minim, pohon lontar menjadi salah satu tanaman lokal Jawa Timur yang ideal ditanam sepanjang tahun sebagai bagian dari ekosistem daerah kering.

Selain itu, bunga pohon lontar dapat disadap untuk menghasilkan nira, yang kemudian diolah menjadi gula. Batangnya digunakan sebagai bahan bangunan, daunnya dimanfaatkan untuk anyaman. Tidak ketinggalan, buah lontar bisa langsung dimakan, bisa bikin nostalgia atau malah jadi hal baru buatdetikers!

Warga Desa Oetutulu, Rote Barat Laut, Rote, NTT, memanfaatkan saripati pohon lontar atau air nira. Air nira ini diubah menjadi gula.ILUSTRASI POHON LONTAR. Foto: Ari Saputra

5. Buah Nona (Annona reticulata L.)

Buah nona, juga dikenal sebagai jambu nona berasal dari India Barat dan menyebar ke daerah tropis di Asia Tenggara. Meskipun populasinya tergolong langka, buah nona dapat dijumpai di beberapa daerah di Jawa Timur, seperti Madura, Madiun, Pacitan, Ponorogo, Pasuruan, dan Malang.

Penanaman dan perawatan pohon ini terbilang cukup mudah. Meskipun dapat ditanam di berbagai jenis tanah, lebih baik tetap ditanam di tanah yang subur. Tanaman ini akan tumbuh optimal pada tanah dengan pH antara 6,0 hingga 7,0.

Tanah yang terlalu asam atau terlalu basa justru dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan mengganggu penyerapan unsur hara. Selain itu, buah nona membutuhkan sinar matahari dan curah hujan yang cukup.

Saat musim kemarau, tanaman ini bisa tumbuh dengan baik asalkan disiram teratur yang dapat dilakukan setiap 2-3 hari sekali. Tanaman ini masih menjadi favorit warga lokal karena relatif tahan terhadap hama dan penyakit. Meskipun demikian, tetap perlu diperhatikan dari kutu putih dan penyakit busuk buah.




(hil/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads