Kedatangan alat berat di kawasan lautan pasir Bromo, tepatnya di wilayah Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo menimbulkan protes dari perangkat desa, tokoh adat Tengger, hingga pelaku usaha wisata. Mereka menilai tidak ada pemberitahuan soal aktivitas alat berat itu.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Rudijanta Tjahja Nugraha menjelaskan bahwa alat berat itu adalah bagian dari proyek pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) untuk rest area yang akan dibangun di jalur lingkar kaldera Tengger.
Proyek ini dilakukan di dalam kawasan TNBTS dan merupakan bagian dari penataan kawasan yang sudah mendapatkan dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alat berat itu untuk pembangunan pipa dan penampungan air di calon rest area. Ini bagian dari penataan jalur lingkar kaldera Tengger. Pembangunannya dibantu oleh Pemprov Jatim. Sosialisasi sudah dilakukan ke pihak terkait dan perwakilan dari warga, sekitar tiga minggu lalu dan sudah disepakati oleh pihak-pihak terkait," ujar Rudijanta melalui pesan WhatsApp. Kamis (27/11/2025).
Rudijanta menegaskan bahwa seluruh proses sosialisasi tersebut sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada.
"Pihak TNBTS sudah melakukan sosialisasi, dan itu sudah dilakukan," tambahnya.
Namun, pernyataan itu sedikit berbeda dengan kondisi di lapangan yang disampaikan Kades Ngadisari, Sunaryono. Ia membenarkan pertemuan dan sosialisasi sudah pernah dilakukan, tetapi tidak ada pemberitahuan ulang saat alat berat didatangkan ke lokasi.
"Iya, pertemuan sudah. Masalahnya, saat mendatangkan alat berat tidak ada pemberitahuan. Sebetulnya kami paham dan siap mendukung. Kalau ada komunikasi antara kami dan TNBTS, kami bisa bantu menjawab pertanyaan warga dan para pelaku usaha jasa wisata, baik secara langsung maupun di media sosial," kata Sunaryono.
Ia menyebut bahwa desa hanya menunggu surat pemberitahuan resmi sebagai dasar untuk memberikan penjelasan kepada warga, tokoh adat Tengger, hingga netizen yang mempertanyakan kehadiran alat berat tersebut.
"Sebetulnya yang kita tunggu ya surat pemberitahuan. Agar kami bisa memberikan jawaban yang tepat kepada warga Tengger dan para tokoh adat, termasuk di media sosial," lanjutnya.
Sebelumnya, kedatangan alat berat di lautan pasir Bromo pada hari sebelumnya menimbulkan reaksi dari warga Ngadisari, tokoh adat, hingga pelaku usaha wisata yang merasa tidak dilibatkan atau diberi penjelasan terkait aktivitas pembangunan tersebut.
Hingga kini, proyek SPAM untuk rest area yang menjadi bagian dari penataan jalur lingkar kaldera Tengger masih terus berjalan, sementara komunikasi antara pemerintah desa dan TNBTS diharapkan segera diperbaiki untuk menghindari kesalahpahaman lanjutan
(dpe/hil)











































