Menag Sebut Ponpes Kadang Jadi Objek di Kasus Bullying, Ini Penjelasannya

Menag Sebut Ponpes Kadang Jadi Objek di Kasus Bullying, Ini Penjelasannya

Esti Widiyana - detikJatim
Rabu, 26 Nov 2025 20:11 WIB
Menteri Agama Nasaruddin Umar saat di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya
Menteri Agama Nasaruddin Umar. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Kasus bullying di pondok pesantren (Ponpes) masih terjadi. Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengatakan ponpes kadang-kadang hanya menjadi objek ketika ada kasus perundungan yang mencuat.

Dia sebutkan, di awal November lalu ada 2 kasus bullying yang terungkap dari lingkungan ponpes. Salah satu santri membakar gedung asrama putra Dayah (pesantren) Babul Maghfirah, Kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar karena sering di-bully sejumlah temannya.

Selanjutnya, santri asal Surabaya yang sering di-bully teman sekamarnya di salah satu ponpes di Lamongan sampai berkelahi. Orang tua korban melapor polisi dan memutuskan mengeluarkan anaknya dari pondok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebetulnya kalau bullying itu ya aslinya bukan dari pondok pesantren, cuma pondok pesantrennya kadang-kadang jadi objek. Tapi sehebat apapun pesantren jadi target dan jadi objek tetapi masyarakat juga akan menilai," kata Nasaruddin kepada wartawan.

Dia menyampaikan itu setelah mengisi konferensi International Conference of Indonesian Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Rabu (26/11/2025).

ADVERTISEMENT

"Sekarang buktinya bahwa walau pun begitu, pondok pesantren sekarang ini peminatnya semakin bertambah," katanya.

Dia menjelaskan bahwa pendidikan umum saat ini justru sedang sepi peminat. Masyarakat malah lebih memilih menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah madrasah atau ke pondok pesantren.

"Itu kan urusannya masyarakat, ya kan? Karena itu masyarakat itu menilai 'anak saya nanti di masa depan seperti apa'," jelasnya.

Nasaruddin menegaskan bahwa Kemenag memiliki data peminat anak yang masuk ke madrasah dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dari tahun ke tahun menurutnya peminatnya semakin banyak.

"Berarti masyarakat ini kan punya choice-nya sendiri kan. Kenapa mereka masuk ke madrasah, kenapa mereka masuk ke pondok pesantren, walaupun pun ada isu macam-macam ya. Mereka kan sangat objektif juga melihat," pungkasnya.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads