Praktik prostitusi terselubung diduga masih terjadi di kawasan eks lokalisasi Dolly, Surabaya. Modusnya kini bukan lagi memakai wisma, melainkan di rumah kos di sekitar kawasan Putat Jaya.
Ketua RT 5 RW 12 Kelurahan Putat Jaya, M Ridwan Tanro (44) mengungkapkan bahwa aktivitas prostitusi tersebut memang tak lagi tampak secara terang-terangan seperti masa lalu.
"Kalau praktek secara terbuka, kayaknya nggak ada lah. Jadi dia itu terselubung, dia memakai label kos-kosan," ungkap Ridwan saat ditemui detikJatim, Selasa (25/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ridwan menambahkan, pola yang digunakan juga kini berbeda. Apabila dulu ada wisma dengan dekorasi ruang kaca atau lazim disebut akuarium untuk puluhan PSK duduk berjajar, kini para pelaku memanfaatkan rumah-rumah kos sebagai kedok.
Sebagai ketua RT setempat, ia juga memetakan beberapa rumah kos yang diduga menjadi sarang prostitusi terselubung di kawasan Dolly.
"Jadi kurang lebih kira-kira ada 25-30 rumah kos (yang diduga menjadi sarang prostitusi terselubung). Setiap rumah kira-kira ada sekitar 10-15 kamar," lanjutnya.
Menurut Ridwan, mayoritas penghuni kos tersebut, baik muncikari atau PSK, bukan warga setempat.
"Menurut pandangan saya, mereka semua itu kayak orang luar Surabaya. Jadi dia bukan asli orang Dolly," ucapnya.
Meski demikian, ia mengaku tidak mengetahui secara pasti dari mana para pelanggan datang. Namun aktivitas mencurigakan dinilai cukup sering terjadi.
"Kalau pelanggan, ya kita tidak mengerti itu dari mana. Pokoknya dia keluar masuk-keluar masuk itu. Saya juga sempat video-video mereka keluar masuk rumah, keluar masuk," terangnya.
Tak hanya malam hari, para pelanggan itu juga disebut kerap datang saat pagi ataupun siang. Ridwan menyebut gejala maraknya praktik terselubung itu mulai terasa kembali beberapa tahun setelah penutupan Dolly pada 2014 lalu.
"2018 mulai ada kecil-kecilan ke kos-kosan," tuturnya.
Menurutnya, praktik prostitusi kian marak pada tahun 2021. Sebab para muncikari diduga merasa aman untuk melanggengkan aktivitas di sama.
"Terus mulai 2021, kok kelihatannya aman-aman. Lalu 2021, saya juga jadi RT lagi, jadi saya mulai gencar lagi," ungkapnya.
Ridwan menyebut sejumlah pemain lama diduga kembali beroperasi diam-diam.
"Ada yang lama, ada yang baru. Nanti kayak yang germo-germo dulu itu, yang punya tempat sini itu, akhirnya dia tahu situasinya, dia kembali lagi buat kosan-kosan lagi," katanya.
Sebagai ketua RT, Ridwan berharap pemerintah turun tangan secara rutin untuk menertibkan kawasan eks lokalisasi tersebut.
"Kalau prostitusi kan nggak mungkin dihilangkan. Jadi, untuk tempat-tempat bekas eks-lokalisasi Dolly, itu seharusnya ya minimal sebulan sekali atau berapa bulan sekali itu digencarkan kayak operasi (penertiban)," harap Ridwan.
Operasi penertiban rutin juga diharapkan bisa memberikan efek jera bagi para pelaku.
"Nanti biar mereka-mereka itu sedikit jera. Jadi nggak harus diusir, nggak harus. Kalau rutin dioperasikan, akhirnya dia kan mengerti," pungkasnya.











































