Di tengah derasnya perkembangan zaman, tiga keluarga di Mojokerto-Jombang justru bertahan hidup jauh dari keramaian. Mereka tinggal di hutan jati Watuseno, sebuah kawasan terpencil yang bahkan sulit dijangkau kendaraan.
Dengan rumah bambu, air seadanya, dan penghasilan bergantung musim, mereka tetap memilih hidup di tengah alam karena tidak punya tempat tinggal lain. Meski serba terbatas, mereka tidak menyerah dan tetap menjaga hutan yang menjadi sumber kehidupan mereka.
Berikut 7 faktanya:
1. Memilih Tinggal di Hutan karena Tak Punya Rumah di Kampung
Tiga keluarga ini berasal dari Nganjuk dan Jombang tetapi tak memiliki rumah di kampung halaman, sehingga mereka memilih menetap di tengah hutan jati Watuseno untuk mencari penghasilan sambil menggarap lahan Perhutani.
"Di sana (Nganjuk) kami tidak punya apa-apa, orang miskin, tak ada tempat tinggal. Awalnya (tinggal di hutan) mencari rezeki ikut menggarap lahan Perhutani," terang Insiati.
2. Bertahun-tahun Hidup di Tengah Hutan Jati
Mereka bukan baru sehari dua hari tinggal di pedalaman karena ada yang sudah menetap hingga belasan tahun, termasuk Sakri yang memilih tinggal di Watuseno sejak putranya menikah dan pindah ke Mojokerto.
"Di Wonosalam saya tak punya apa-apa, istri ada rumah warisan tapi ditinggali adiknya," kata Sakri.
3. Hanya Ada 3 Rumah yang Tersamarkan Hutan
Permukiman mereka sangat terpencil, hanya tiga rumah sederhana yang tersamarkan lebatnya pohon jati, sehingga hanya warga tertentu atau petugas hutan yang mengetahui keberadaannya.
"Permukiman ini bisa ditempuh naik motor dengan waktu kurang lebih 15 menit dari Dusun Jabung," jelas salah satu warga.
Simak Video "Video: Kehidupan Manusia Hutan di Perbatasan Mojokerto-Jombang"
(irb/hil)